Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum
Pengurus Besar Nahdhlatul Ulama (PBNU)
Said Aqil Siradj mengungkap dirinya pernah diancam untuk mengikuti aksi bela Islam menuntut agar Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahja Purnama alias Ahok dipidana.
Said menyebut ancaman untuk ikut di dalam aksi 212 itu merupakan ujian dan krisis yang besar.
"Alhamdulillah saya tidak bergeser walau diancam atau dirayu. Saya tidak bergeser sedikit pun menolak Salat Jumat di Monas," ungkap Said saat diskusi dan peluncuran buku NU Penjaga NKRI di kantor PBNU, Jakarta, Selasa (10/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, Said tidak mau merinci ancaman apa yang dia hadapi karena tidak ikut aksi terkait penistaan agama itu.
Dia menjelaskan setidaknya ada tiga alasan untuk tidak ikut turun dalam aksi di akhir tahun 2016 itu. Pertama ia yakin betul gerakan salat di Monas itu bukan merupakan ibadah, melainkan agenda politik.
Alasan kedua, ia mengklaim mengetahui aktor di belakang aksi tersebut. Meski begitu Said tak mau menyebut siapa pihak yang ia tuduh tersebut.
"Saya tahu siapa di belakangnya yang biayain," tutur Said.
 Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono Said Aqil mengklaim tahu aktor dan donatur dibalik aksi 212 |
Lebih lanjut Said menekankan aksi 212 tidak etis. Peserta aksi juga dinilai Said telah salah kaprah memperlakukan masjid.
"Dari daerah datang, tidur di Isqtilal, di isqtiqlal ngompol, ngeces. Pas mau salat malah keluar meninggalkan masjid ke Monas," imbuhnya.
Diskusi ini juga dihadiri beberapa tokoh, seperti rohaniawan Romo Benny Susetyo, Peneliti Said Aqil Siraj Institute M Imdadun Rahmat, dan Ketua DPP PSI Tsamara Amany.
(dal/gil)