Jakarta, CNN Indonesia -- Selang infus masih menempel di tangan kiri Andri Rizal (28). Sambil berjalan pelan keluar Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cicalengka, ia menenteng botol berisi cairan infus ke dalam jaketnya.
Pekerja proyek bangunan ini adalah salah satu korban minuman keras oplosan di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Meski belum sepenuhnya sembuh, Andri memilih keluar ruang perawatan untuk mencari udara segar. Andri memilih memesan bakso tahu dan duduk di depan sebuah warung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sambil melahap beberapa potong, ia menceritakan pengalamannya saat minum minuman keras (miras) pada Sabtu malam lalu.
"Waktu itu beres kerja proyek bangunan sama tiga teman, beli ginseng dan tuak," ujar Andri, Selasa (10/4).
Saat itu Andri pesta miras bersama Deden, Aldi dan Ajay. Dua botol minuman ginseng dan satu botol tuak dipesan dari sebuah warung. Harga yang murah diakui jadi alasan mereka membeli minuman tersebut. Apalagi saat itu harga yang ditawarkan lebih murah dari biasanya.
Untuk dua jenis minuman tersebut, Andri dan kawan-kawan cukup mengeluarkan uang sebesar Rp 40 ribu. Satu botol ginseng dihargai Rp15 ribu dan satu liter tuak hanya Rp10 ribu. Padahal biasanya minuman ginseng dihargai Rp20 ribu per botolnya.
Pesta miras digelar di dekat rumah Andri di warga Kampung Panenjoan, Desa Tenjolaya, Cicalengka jelang waktu Maghrib.
Empat sekawan ini mencampur minuman ginseng dengan tak. Andri mengatakan, dua jenis minuman ini dicampur untuk mengurangi efek kuat alkohol yang terkandung dalam minuman ginseng.
"Sudah biasa dari dulu. Kalau dicampur jadi lebih
slow. Kalau hanya ginsengnya saja terlalu keras ," kata Andri.
Pesta miras sebelumnya tak kecurigaan apapun. Namun, pesta minum-minum terakhir ada yang berbeda.
"
Kecium bau obat. Biasanya kalau minum langsung enak. Ini malah lemas dan pusing," katanya.
Keesokan harinya, Andri mendapati kabar tiga temannya tumbang dan dirawat di RSUD Cicalengka. Andri langsung menduga minuman itu jadi biangnya. Apalagi saat itu ia merasa mual dan pusing disertai muntah-muntah.
Ia curiga minuman yang dibelinya malam itu berbeda dari biasanya. Selain lebih murah, rasanya juga berbeda.
Diantar keluarga, ia kemudian datang ke RSUD Cicalengka untuk memeriksakan diri.
Setelah diperiksa dan menjalani perawatan selama beberapa hari, Andri dan tiga rekannya diperbolehkan pulang. Ia bersyukur bisa selamat dari mau akibat miras oplosan itu. Ia mengaku kapok minum miras oplosan.
Andri menduga, puluhan korban tewas miras oplosan karena minum berlebihan atau tidak dicampur dengan minuman lain sehingga efeknya lebih keras.
(hyg/sur)