Novel Baswedan soal Setahun Kasusnya: Negara Tak Boleh Abai

FAR | CNN Indonesia
Kamis, 12 Apr 2018 02:45 WIB
Novel Baswedan ingin ke depan ancaman-ancaman terhadap pegawai KPK tak dibiarkan dan berharap kasus penyiraman air kerasnya menjadi perhatian Presiden.
Novel Baswedan ingin ke depan ancaman-ancaman terhadap pegawai KPK tak dibiarkan dan berharap kasus penyiraman air kerasnya menjadi perhatian Presiden. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia -- Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah menduga sejak lama, bahwa kasusnya tidak akan diungkap. Hal itu sudah diyakininya setelah dia pertama kali dirawat di Singapura terkait penglihatannya pascasiraman air keras.

"Saya sudah menduga sejak awal, bahkan seingat saya lima bulan setelah tiba di Singapura saya mengatakan bahwa saya meyakini kasus ini tidak akan diungkap," ucap Novel usai menonton film berjudul 'Menolak Diam' yang disiarkan di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (11/4).

Meskipun pesimis, Novel berharap kasusnya dapat terungkap. Hal ini sebagai pelajaran agar tidak terulang kejadian serupa baik pada dirinya maupun orang lain. Karena itu, ia berharap adanya perhatian serius dari Presiden.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya ingin ke depan ancaman-ancaman itu tidak bisa terus dibiarkan dan saya berharap, tentu semua elemen yang berhubungan dengan keamanan menjadi perhatian Presiden," kata Novel.

Lebih jauh menurut Novel, keseriusan Presiden terkait kasus ini diperlukan. Novel khawatir jika kasus ini berulang, maka kinerja KPK akan menurun lantaran orang-orang di dalamnya selalu merasa takut dan dibayang-bayangi ancaman. Dia pun menegaskan bahwa negara tak boleh abai demi menjaga marwah KPK.

"Oleh karena itu pada kesempatan ini, satu tahun penyerangan kepada saya yang belum terungkap, saya ingin menegaskan bahwa negara tidak boleh abai. Seharusnya semua menjadi perhatian karena saya dan pegawai KPK lainnya bekerja bukan untuk kepentingan pribadi, tapi untuk kepentingan dan bela negara yang ingin memberantas korupsi," kata Novel.

Kasus teror yang menimpa Novel terjadi setahun lalu, tepatnya pada 11 April 2017. Saat itu, Novel yang sedang berjalan menuju rumahnya usai melaksanakan ibadah salat subuh di Masjid Jami Al Ihsan, Kelurahan Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara, diserang secara tiba-tiba oleh orang tak dikenal.

Penyerang Novel yang disebut Polisi berjumlah dua orang dengan mengendarai sepeda motor itu menyiramkan cairan air keras ke arah Novel. Cairan itu mengenai wajah dan merusak penglihatan Novel. Novel pun harus menjalani serangkaian operasi di Singapura.

Pasca kejadian pagi hari itu, dukungan dari berbagai pihak terus mengalir agar kasus ini segera terungkap. Desakan untuk membuat tim gabungan pencari fakta pun disampaikan kepada para pimpinan KPK.

Setahun setelah kejadian, nyatanya upaya pengungkapan kasus Novel masih gelap. Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian memilih membentuk tim khusus gabungan dari tim Polres Jakarta Utara, Polda Metro Jaya, dan Mabes Polri untuk pengungkapan kasus ini.

Hari berganti hari. Polisi menyebut 100 kamera pengawas alias CCTV sudah diperiksa. Pun demikian lebih dari 80 saksi dimintai keterangan. Sketsa wajah terduga pelaku pun sudah diterbitkan pada 24 November 2017 lalu.

Namun demikian, hingga hari ini perkembangan kasus ini belum juga ada kemajuan. "Apakah itu merupakan keengganan atau suatu kesengajaan atau tidak, saya tidak tahu?" kata Novel. (osc)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER