Janji Anies dan Asa Warga di Atas Puing Kampung Akuarium

SAH | CNN Indonesia
Rabu, 18 Apr 2018 08:44 WIB
Warga Kampung Akuarium berharap Gubernur DKI Anies Baswedan segera menepati janjinya menata kembali kampung mereka usai digusur di zaman Ahok.
Warga saat melintasi puing-puing gusuran di Kampung Akuarium. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjanjikan penataan di kawasan tersebut. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penataan Kampung Akuarium, Penjaringan Jakarta Utara sejauh ini masih dalam tahap perencanaan. Rencana pembangunan kembali kampung yang digusur oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta era Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok itu pun baru sebatas pada tahap perancangan desain.

Hal itu diakui oleh Koordinator Wilayah Kampung Akuarium Dharma Diani (45). Saat ini, warga Kampung Akuarium sudah menyelesaikan perencanaan dan desain penataan Kampung Akuarium. Ia mengatakan dalam waktu dekat konsultan dari Pemprov DKI Jakarta akan datang untuk meninjau Kampung Akuarium.

"Warga kampung sudah menyiapkan desain, visi misi kami sudah punya semua," kata Diani saat ditemui CNNIndonesia.com di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (17/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pantauan CNNIndonesia.com, masih banyak puing-puing bekas gusuran yang berserakan di wilayah kampung Akuarium. Belum ada tanda-tanda dimulainya pembangunan atau penataan kembali Kampung Akuarium.

Menurut Diani, Pemprov DKI Jakarta yang dipimpin Anies Baswedan-Sandiaga Uno masih belum memulai pembangunan penataan Kampung Akuarium.

"Pembangunan belum. Baru pendataan warga," kata Diani.

Diani yang mewakili warga berharap Anies-Sandi merealisasikan janji menata kembali Kampung Akuarium.

Pemprov DKI Jakarta telah memastikan penataan Kampung Akuarium rampung dalam waktu dua tahun ke depan. Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Permukiman DKI Jakarta Agustino Darmawan menyebut pihaknya tak ingin warga terlalu lama terkatung-katung dengan tempat tinggal yang tidak jelas.

"Kita secepatnya rencana bangun ini. Paling lama ya dua tahun," kata Agustino saat dihubungi, Rabu (11/4).

Di sisi lain, beberapa warga mengaku merasa tidak dilibatkan dalam penataan Kampung Akuarium. Padahal, Anies menerapkan program Community Action Plan (CAP) dalam menata 16 kampung di Jakarta, termasuk Kampung Akuarium.

Dalam program tersebut seluruh masyarakat kampung seharusnya dilibatkan dalam perencanaan pembangunan dan penataan kampungnya.

Upi Yunita (39), tokoh masyarakat Kampung Akuarium mengaku tidak dilibatkan dalam perencanaan penataan Kampung Akuarium bersama Pemprov DKI.

"Kami tidak pernah dilibatkan dalam hal apapun, baik musyawarah, dalam ide-ide dalam pembangunan atau sejenis, apapun kami tidak pernah dilibatkan," kata Upi.

Upi pun mengaku tidak tahu alasan warga tidak dilibatkan menata Kampung Akuarium.
Menanti Wajah Baru Kampung Akuarium di Tangan AniesWarga beraktifitas di shelter yang dibangun Pemprov DKI Jakarta di Kampung Akuarium. (CNN Indonesia/Hesti Rika).

Selter yang Tak Dinikmati Semua

Sejak Kampung Akuarium digusur, berdiri selter-selter yang digunakan warga sebagai tempat tinggal sementara. Setidaknya ada tiga kompleks bangunan seelter yang masing-masing terdiri 90 unit hunian.

Meski selter sudah selesai dibangun, dua tenda pengungsian warga gusuran masih berdiri di tengah-tengahnya. Tenda pengungsian tersebut masih berpenghuni meski pemerintah telah menyediakan selter.

Paling tidak ada 16 kepala keluarga yang masih tinggal di dalam tenda. Saat memasuki tenda, CNNIndonesia.com disambut oleh baju-baju milik warga yang sedang dijemur.

Suasana di dalam tenda pun cukup pengap. Pasalnya, satu tenda bisa diisi hingga delapan kepala keluarga. Di dalam tenda tersebut dibuat semacam sekat-sekat untuk memisahkan wilayah satu kepala keluarga dengan yang lainnya.

Selain tenda, CNNIndonesia.com juga mencoba mengunjungi selter. Salah satu warga bernama Salman (38) sudah menempati selter itu setelah penggusuran.

Bagi Shalman, selter yang dibangun oleh Pemprov DKI Jakarta jauh lebih nyaman dibandingkan dengan tenda pengungsian. Terdapat satu ruang tamu dan satu kamar tidur. Warga yang tinggal di selter juga diberikan masing-masing satu kamar mandi.

"Alhamdulillah jauh lebih enak tinggal di selter dibanding di tenda pengungsian dan di bedeng. Lebih nyaman dan enaklah, enggak panas kalau siang," kata Salman.

Bertolak Belakang

Diani selaku koordinator wilayah Kampung Akuarium mengatakan warga yang masih tinggal di dalam tenda pengungsian merupakan warga yang tidak memenuhi persyaratan untuk tinggal di selter.

Diani menyebut persyaratan bagi warga yang ingin tinggal di selter adalah pemilik bangunan asli, sudah bertahan di atas tanah bekas gusuran, memiliki KTP warga Kampung Akuarium, dan mencabut hak tinggalnya di rumah susun.

"Tenda masih ada yang menempati karena yang menempati itu KTP-nya non-DKI, bukan pemilik bangunan, dan ada juga warga pemilik bangunan yang sudah ambil rusun, tapi tidak lepas haknya di rusun mereka masih mau tetap di sini jadi main dua kaki lah ibaratnya," kata Diani.

"Pada dasarnya warga yang sudah dapat di rusun harus melepaskan haknya di rusun, kan kita tidak boleh serakah. Kalau mau pilih di rusun ya dia tidak boleh tinggal di selter, kalau mau di selter biar dia harus meninggalkan rusun," lanjut Diani.

Bahkan, kata Diani, warga yang masih tinggal di tenda pengungsian kebanyakan adalah pendatang dari wilayah lain yang memanfaatkan kesempatan untuk mendapat tempat tinggal gratis.

Pernyataan Diani dibantah oleh Upi, salah satu tokoh di Kampung Akuarium. Dia bilang warga yang masih tinggal di dalam tenda kebanyakan warga asli Kampung Akuarium. Upi merupakan salah satunya.

Memang Upi tidak menyangkal ada beberapa warga yang tidak memiliki bangunan atau mengontrak di salah satu rumah sebelum Kampung Akuarium digusur, sehingga masih tinggal di dalam tenda pengungsian karena tidak mendapatkan selter. Namun, Upi menegaskan warga yang tinggal di dalam tenda pengungsian bukanlah pendatang.

"Ini seperti Ibu Maemunah punya tujuh anak sudah tinggal lama di sini, punya rumah tapi masih tinggal di tenda, saya sudah tinggal dari lahir dan punya bangunan di sini dan punya KTP sini juga tinggal di tenda pengungsian," kata Upi kepada CNNIndonesia.com.
Menanti Wajah Baru Kampung Akuarium di Tangan AniesWarga kampung Aquarium yang tidak mendapatkan shelter bertahan di tenda pengungsian. (CNN Indonesia/Hesti Rika).

Upi juga mengklaim ada 15 kepala keluarga yang mendapatkan selter, namun tidak memiliki bangunan. Ada juga beberapa kepala keluarga yang tinggal di selter, namun masih memiliki hak tinggal di rusun. Upi bahkan menyebutkan beberapa warga yang tidak ikut bertahan di tempat bekas penggusuran namun tetap mendapatkan shelter.

"Sekarang mereka juga masukin orang rusun ke selter, apa bedanya dengan orang rusun yang ada di sini.. pada faktanya masih ada yang tinggal di rusun tapi dapat selter contoh mama Andri dia menempati shelter, tapi anaknya di rusun di rusun iya di sini iya anaknya yang di rusun," tuturnya.

Dua Kubu


Menurut beberapa pengakuan warga, Kampung Akuarium terbagi menjadi dua kubu. Kubu pertama dipimpin oleh Diani dan kubu kedua dipimpin oleh Upi. Hal itu diakui oleh Salman. Menurutnya memang ada dua kubu warga Kampung Akuarium.

"Jadi memang beda yang di sana (tenda pengungsian), beda jaluran istilahnya," kata Salman

Menurut pengakuan Waliana (45) kubu Diani merupakan warga yang saat ini tinggal di dalam selter. Sementara kubu Upi merupakan warga yang masih tinggal di dalam perpustakaan dan tenda pengungsian.

Ia sendiri berada di kubu Upi sehingga menurut pengakuannya dia tidak mendapatkan selter. Padahal, Waliani merupakan salah satu warga yang memiliki bangunan dan memiliki KTP asli warga Kampung Akuarium.

"Karena saya tidak memihak ke sana (kubu Diani) makanya tidak dapat selter," kata dia. (osc/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER