Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah pengemudi ojek online menggelar aksi unjuk rasa menuntut kenaikan tarif, Senin (23/4) Di Jakarta, aksi dipusatkan di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta.
Namun, sebagian pengemudi memilih tak ikut aksi tersebut. Rusli (40), salah satunya. Driver ojek online itu memilih tetap 'narik' dan mengambil penumpang.
"Istri saya juga tidak mengizinkan saya untuk ikut aksi. Sebelum ada demo saya bicara sama istri saya kalau akan ada aksi. Saya bilang kalau orderan sepi
maklumin saja," kata Rusli kepada
CNNIndonesia.com yang saat itu menggunakan jasanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Rusli, perintah sang istri lebih layak untuk didengarkan. Dia juga menyadari usianya yang tak lagi muda dan akan susah mendapatkan pekerjaan jika kontraknya diputus oleh mitra penyedia aplikasi transportasi online.
"Saya takut kualat sama isti," kata Rusli.
Rusli tak seperti biasanya saat melayani penumpang hari ini. Dia terpaksa menyembunyikan seluruh atribut ojek online yang biasa dia gunakan. Tanpa helm, dan tanpa jaket ojek online dia tetap menerima pesanan penumpang via aplikasi.
Hal itu dilakukan Rusli untuk menghindari
sweeping driver ojek online yang sedang berdemo.
"Maaf saya tidak pakai atribut, nanti kalau ada
sweeping bilang saja kalau saya opang (ojek pangkalan) ya," ujar Rusli.
Pria yang mengaku telah menjadi pengemudi ojek online sejak 2011 itu juga sengaja berdandan layaknya pengemudi ojek pangkalan.
"Makanya ini saya tidak pakai sepatu tapi pakai sendal jepit, celana pendek, helm juga helm biasa, biar dikira opang," ucapnya.
Keputusan untuk tidak ikut aksi, diakui Rusli, juga disebabkan karena dia takut kehilangan mata pencahariannya. Kantor aplikasi, tempat dia bermitra dikhawatirkan akan memutus kontraknya bila dia ikut aksi.
Lagipula, dia juga memikirkan nasib anak dan istrinya. Rusli khawatir bila kontrak diputus dia tak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Kalau saya matikan aplikasi dan hanya diam di rumah saja pasti dikiranya juga saya ikut aksi, makanya lebih baik saya tetap narik, karena kelihatan juga oleh pihak kantor kalau saya tidak ikut aksi," tuturnya.
Kendati tak ikut langsung menyuarakan tuntutan kenaikan tarif, Rusli berharap agar suara para ojek online didengar pemerintah dan penyedia aplikasi.
Baginya, soal tarif ojek layaknya sebuah persaingan untuk merebut hati konsumen. "Makanya ada bonus yang didapatkan seperti potongan harga, tapi masalahnya bagaimana dengan penghasilan kami, supaya lebih dipikirkan juga," kata dia.
(ugo/sur)