Jakarta, CNN Indonesia -- Para pengunjuk rasa
ojek daring atau
online melakukan berbagai upaya untuk mendorong aspirasinya terhadap tarif yang dinilai semakin tak berpihak pada pengemudi. Agar penumpang tetap mendapat tarif murah, ojek online mendorong ada subsidi.
Setibanya di depan Gedung DPR, Senin (23/4) siang, para pengunjuk rasa berkumpul. Mereka kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya, Satu Nusa Satu Bangsa. Setelah itu, pengemudi ojek online membaca ikrar pengemudi ojek
online.
Selama masa melakukan rangkaian aksi itu, tiga orang perwakilan dari pengunjuk rasa bertemu dengan anggota Komisi V DPR.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mohon Bapak Presiden Joko Widodo dan Ketua DPR, khususnya Komisi V bidang perhubungan, bersedia membentuk payung hukum yang di dalamnya memuat sekurang-kurangnya tiga aspek mendasar," tulis Garda Roda Dua Negara Kesatuan RI (GARDA NKRI), Senin (23/4).
Tiga aspek ini adalah, pertama, pengakuan legal eksistensi, peranan, dan fungsi ojek online sebagai bagian dari sistem transportasi nasional.
 Salah satu orator demo ojek online, di depan gedung DPR, Jakarta, Senin (23/4). ( CNN Indonesia/Aulia Diza) |
Kedua, penetapan tarif standar dengan nilai yang wajar, yaitu Rp3.000-Rp4.000 per kilometer, dengan metode subsidi dari perusahaan aplikasi agar tarif penumpang tetap murah dan terjangkau.
Ketiga, perlindungan hukum dan keadilan bagi ojek
online sebagai bagian dari tenaga kerja Indonesia yang mandiri.
Sebelum ke depan gedung DPR, para pengunjuk rasa berkumpul di sekitar Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta. Mereka kemudian melakukan konvoi motor dan berjalan kaki dari Pintu Timur Gedung DPR hingga ke depan Gedung DPR.
Saat berkumpul di sekitar GBK, mereka melakukan aksi teaterikal kuda lumping. Maksud dari aksi teaterikal ini adalah bahwa tarif yang sekarang tidak manusiasi dan sangat murah bagi pengemudi. Tarif itu dianggap tidak mencukupi biaya perawatan kendaraan dan biaya lainnya. Sebelumnya, tarif ojek
online mencapai Rp1.200 per km.
"Kami seperti sapi perah, dimana-mana kebutuhan semakin naik, tapi tarif ojek online selalu turun. Mereka [pihak aplikator] selalu mementingkan persaingan ojek
online dengan [perusahaan] Malaysia, tidak memikirkan nasib ojek
online", ucap salah satu orator aksi.
(arh/gil)