Semarang, CNN Indonesia -- Hasil survei Lingkaran Survey Indonesia (LSI) Denny JA menyebut bahwa elektabilitas
Ganjar Pranowo berada di atas rivalnya pada Pilgub 2018,
Sudirman Said. Meski demikian, keunggulan itu dapat berubah bila kasus e-KTP menyeret nama Ganjar sebagai tersangka.
Hal itu didasarkan survei pada tanggal 3-10 April 2018 dengan menggunakan metode multistage random sampling (sampel acak bertingkat) yang melibatkan 600 responden dengan margin of error sebesar 4,1 persen.
Elektabilitas Ganjar Pranowo yang berpasangan dengan Taj Yasin pada Pilgub Jateng 2018 mencapai 50,3 persen. Sudirman, yang berpasangan dengan Ida Fauziyah, hanya mengantongi 10,5 persen. Sementara, yang belum menyatakan sikapnya ada 39,2 persen suara.
"Hasil survei kami menyebut, Ganjar-Yasin melampaui the
magic number, yakni 50 persen lebih. Sedangkan Sudirman-Ida hanya 10,5 persen dan yang masih ragu memilih ada 39,2 persen", ungkap Direktur LSi Denny JA, Sunarto Ciptoharjono, di Grand Candi Hotel, Semarang, Selasa (24/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keunggulan Ganjar terjadi di hampir semua segmen pemilih. Baik dalam hal tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat kepuasan kinerja, dan wilayah teritorial Jawa Tengah.
Bahkan, pada responden yang berusia dibawah 40 tahun, yang saat ini disebut generasi milenial, popularitas Ganjar mencapai 42,38 persen. Untuk responden generasi senior yang berada diatas 40 tahun, popularitas Ganjar mencapai 57,62 persen.
"Di semua segmen, Ganjar unggul. Terlebih di level usia pemilih, generasi milenial mendominasi untuk memilih Ganjar. Kalau dari kinerja, 50 persen total penduduk menyatakan puas terhadap Ganjar", tambah Sunarto.
Meski demikian, ucapnya, hasil survei ini bisa berubah jika terjadi kejadian luar biasa berupa tsunami politik yang mampu mengubah persepsi pemilih secara drastis.
Salah satunya adalah kasus e-KTP yang sudah menyeret nama Ganjar Pranowo. Dalam kasus itu, Ganjar masih berstatus saksi dan sudah menjalani sejumlah pemeriksaan di KPK dan Pengadilan Tipikor.
"Kalau ada tsunami politik, hasil survei ini bisa berubah cepat. Misal, di [kasus] e-KTP nama Ganjar menjadi tersangka, apalagi disertai adanya penangkapan", ucap Sunarto.
Tanpa kejadian luar biasa, Sunarto menyebut bahwa pasangan Sudirman-Ida sulit untuk mengungguli elektabilitas Ganjar-Taj Yasin saat hari-H pemungutan suara Pilkada tinggal dua bulan.
Keunggulan Ganjar juga terlihat dalam hasil survei Litbang Kompas yang dirilis Selasa (13/3). Dalam survei penjajakan yang dilakukan dengan simulasi pencoblosan, Ganjar-Yasin memperoleh 79 persen suara, sedangkan Sudirman-Ida memperoleh 11,8 persen suara. Ada 9,2 persen suara yang belum menentukan pilihan.
Sementara itu, melalui pertanyaan terbuka (wawancara), Ganjar-Yasin memperoleh 50,8 persen suara, sedangkan Sudirman-Ida memperoleh 7,4 persen suara. Ada 41,8 persen suara belum menentukan pilihan
Survei dilakukan pada 19 Februari-4 Maret 2018 dengan responden 800 orang, dan tingkat kepercayaan 95 persen.
(arh/ugo)