Erupsi Merapi Sempat Bubarkan Acara Tradisi Sadranan

FAR | CNN Indonesia
Sabtu, 12 Mei 2018 01:52 WIB
Erupsi Merapi bersifat freaktif dan tidak berbahaya. Peristiwa ini sempat membuat panik warga yang tengah mengadakan acara Sadranan, tradisi jelang Ramadan.
Erupsi Merapi kali ini bersifat freaktif dan tidak berbahaya. Namun peristiwa ini sempat membuat panik warga yang tengah mengadakan acara Sadranan. (ANTARA FOTO/Bambang).
Jakarta, CNN Indonesia -- Warga desa Ngrangkah, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta sempat berhamburan untuk menyelamatkan diri saat menggelar tradisi Sadranan di lereng Gunung Merapi, Jumat (11/5). Tradisi Sadranan oleh warga lereng Merapi, memang rutin digelar menjelang Ramadan.

Di tengah-tengah acara, mereka terkejut setelah mendengar letusan dan melihat semburan asap yang muncul dari puncak Gunung Merapi.

Sarijo dari Komunitas Lereng Gunung Merapi menjelaskan, dirinya mendapat laporan dari anggota komunitas yang saat itu ikut dalam acara Sadaranan tersebut. Koleganya itu menceritakan bahwa acara dimulai sekitar pukul 07.00 WIB, kemudian sekitar 30 menit berselang terjadi letusan dan semburan asap di puncak merapi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Acara sekitar pukul 07.00 WIB, baru dimulai tahu-tahu terdengar dentuman dan asap. Warga pada panik," kata Sarijo saat dihubungi CNNIndonesia.com.
Sarijo menuturkan, saat itu warga bergegas lari ke arah bawah meninggalkan lokasi acara. Sebagian lagi ke arah perkampungan untuk mencari perlindungan. Jarak puncak Gunung Merapi dengan perkampungan warga sekitar 3,5 hingga 4 kilometer.

"Saat dentuman itu warga kaget karena ada aktivitas acara Nyadran dan aktivitas lainnya. Warga sempat berlari turun ke arah perkampungan untuk berlindung," tutur Sarijo.

Sekitar satu jam berselang, warga sudah merasa tenang lalu melanjutkan tradisi Sadranan dan aktivitas lainnya. Menurut Sarijo, warga di lereng merapi sudah memahami karakteristik Gunung Merapi.

Oleh karena itu setelah merasa yakin bahwa letusan yang terjadi tidak terulang lagi, warga segera kembali melakukan aktivitas seperti sediakala.
Menurut Sarijo, warga lereng merapi selalu siap dengan keadaan bencana. Biasanya, balai desa menjadi tempat evakuasi. Selain itu, kendaraan yang biasanya dipakai melayani para wisatawan juga selalu siaga jika diperlukan mengevakuasi warga turun lebih jauh.

Sarijo menambahkan, pihak Taman Nasional Gunung Merapi juga mengeluarkan surat edaran agar tidak melakukan pendakian ke puncak Gunung Merapi. Ia pun meminta para pendaki menaati aturan tersebut.

"Surat edaran TNGM diterbitkan pada pukul 10.00 WIB, jalur pendakian dari Selos dan Sapu Angin di tutup. Yang berhubungan dengan aktivitas di sekitar puncak merapi tidak diizinkan sementara," kata Sarijo.

Sementara itu, Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso menyatakan bahwa letusan Gunung Merapi yang terjadi tidak tergolong berbahaya bagi masyarakat. Namun, masyarakat tetap diimbau waspada terutama yang tinggal dalam radius lima kilometer.
Ia mengatakan, letusan freaktif sulit diprediksi. Karena itu ke depan juga belum bisa dipastikan apakah akan ada letusan yang sama atau tidak.

Saat ini BPPTKG menurut Agus masih mengumpulkan data hasil pengamatan Gunung Merapi. Data ini yang akan dipakai untuk memutuskan langkah terkait mitigasi bencana.

Ia juga mengimbau warga tidak mendekat puncak Merai dalam radius 5 km, terutama para pendaki agar diminta turun. (osc/pmg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER