Moeldoko Usul Pos Pemeriksaan Lebih Jauh dari Pintu Utama

Bimo Wiwoho | CNN Indonesia
Senin, 14 Mei 2018 15:53 WIB
Ancaman kelompok teroris yang semakin gencar ke aparat harus diantisipasi salah satunya dengan menjauhkan pos pemeriksaan dari pintu utama kantor kepolisian.
Pos keamanan kantor polisi disarankan berlapis pasca bom di Polrestabes Surabaya. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengusulkan kepada kepolisian agar melakukan pemeriksaan lebih jauh dari pintu masuk dan pos penjagaan kantor atau pos polisi.

Menurutnya, hal itu dapat mencegah timbulnya banyak korban seperti yang terjadi dalam aksi bom bunuh diri di pintu masuk Mapolrestabes Surabaya.

"Mungkin pencegatannya agar lebih jauh di luar. Kita lihat tadi masih terlalu dekat dengan pos penjagaan. Mungkin nanti akan dipikirkan lagi, pemeriksaan mobil motor yang akan masuk ke pos pos kepolisian, jauh lebih ke depan lagi sehingga tidak menimbulkan korban yang lebih banyak," kata Moeldoko di Menara 165, Jakarta, Senin (/14/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Lebih lanjut, Moeldoko tetap bersikeras jika kepolisian tidak kecolongan atas aksi teror yang terjadi beberapa hari belakangan. Moeldoko menyimpulkan hal tersebut karena telah melihat video saat bom meledak di pos penjagaan di Mapolrestabes Surabaya.

Menurutnya, Polrestabes Surabaya sudah menjalankan prosedur pemeriksaan yang telah ditetapkan. Hanya saja, bom meledak saat pemeriksaan dilakukan.

"Sebenarnya tidak kecolongan. Prosedur telah dijalankan. Hanya, saat orang membawa motor, kita tidak bisa mengecek itu. situasi itu kan cepat terjadi. Orang naik motor, tahu-tahu begitu mendekat meledak," kata Moeldoko.


Moeldoko mengatakan bahwa sulit bagi aparat keamanan untuk mendeteksi gerak gerik mencurigakan teroris yang menggunakan kendaraan. Baik itu mobil mau pun sepeda motor. Berbeda halnya dalam mendeteksi orang mencurigakan yang tidak menggunakan kendaraan.

"Ini memang tidak mudah bagi mereka yang menggunakan motor dan mobil. Itu persoalannya. Kalau orang, begitu dihentikan, mencurigakan, mungkin bisa lebih mudah dihentikan," ujar Moeldoko. (dal/asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER