Surabaya, CNN Indonesia --
Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal Machfud Arifin mengatakan keluarga terduga pelaku teror
bom di Sidoarjo dan Surabaya merupakan sel pasif teroris yang bangkit.
"Sel tidur, bangkit karena stimulus banyak hal. Ada perintah dari Suriah," kata Machfud di Mapolda Jawa Timur, Selasa (15/5).
Machfud mengatakan kegiatan para terduga pelaku, salah satunya Dita Oepriarto dilakukan di rumah sehingga kepolisian disebut sulit mendeteksinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada pun motif pelaku terduga bom menggunakan anggota keluarga kata dia, karena diduga ingin masuk surga bersama-sama. Dia mengatakan itu merupakan bagian dari doktrin yang diajarkan.
Bahkan dari doktrinasi itu, kata dia, anak-anak para pelaku terduga bom di Surabaya dan Sidoarjo tidak disekolahkan namun berdalih
home schooling. Anak-anak itu juga disebut diajarkan membuat bom.
"Ada belajar itu anaknya
ditontonin film, perjuangan, jihad, masuk surga. Terus
dicekokin dan tidak sekolah umum kok," katanya.
Sebelumnya, serangan bom bunuh diri di Surabaya pada Minggu (13/5) kemarin dan Senin (14/5) hari ini menguak pola baru. Kapolri Jenderal
Tito Karnavian menyatakan para pelaku itu melibatkan anak-anak mereka dalam aksinya.
"Pelibatan anak-anak baru pertama di Indonesia. Memprihatinkan," kata Tito dalam jumpa pers di Polda Jawa Timur, Surabaya, hari ini.
Namun demikian, Tito menyatakan pola serangan bom menggunakan anak-anak dan perempuan kerap dilakukan oleh kelompok
Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Menurut dia serangan bom di Surabaya memperlihatkan ada keterkaitan pelaku dengan ISIS.
(dal/sur)