Jakarta, CNN Indonesia -- Polda Metro Jaya menangkap komplotan pembobol kantor pegadaian di sejumlah lokasi di Depok, Jawa Barat. Satu dari lima pelakun merupakan anggota TNI.
Komplotan yang berjumlah lima orang tersebut, yakni Pratu HT, R, I, D, dan AS. Polisi harus menembak mati R yang bertugas sebagai kapten dalam komplotan tersebut.
"Iya, satu pelaku adalah anggota (TNI) dan proses hukumnya dilimpahkan ke internal TNI," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Jumat (25/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Argo mengatakan masing-masing pelaku punya peran saat membobol pegadaian. AS bertugas mengebor tembok, I berperan membobol tembok dan brankas, D berperan sebagai pemantau situasi untuk mengecek keadaan sekitar, dan R selain sebagai kapten komplotan tersebut juga berperan sebagai pembobol tembok dengan alat berat yang dimilikinya.
Namun Argo tidak menjelaskan apa peran HT dalam aksi komplotan mereka.
"Komplotan ini selalu mencari lokasi perusahaan gadai yang sebelahnya merupakan ruko atau toko yang sedang dikontrakan. Nantinya mereka yang mengontrak di ruko itu memilih akhir pekan untuk beraksi karena karyawan di perusahaan gadai sedang libur," tuturnya.
Argo mengatakan kelima orang tersebut mendapat keuntungan Rp1,9 miliar dari aksi-aksi yang dilakukan selama ini.
Selain menangkap para pelaku, polisi juga menyita sejumlah barang bukti seperti senjata api rakitan, 10 peluru kaliber 9 mm, lima tabung oksigen, satu tabung gas elpiji, 10 obeng panjang, satu tangga aluminium, satu tangga tali, dua mesin bor, delapan linggis besi, gergaji kayu, golok, dan beberapa bongkahan besi bekas brankas yang telah dihancurkan.
Gunakan Lagu DangdutSaat ini polisi sudah melakukan pemeriksaan awal kepada para pelaku yang sudah jadi tersangka ini. Dari pengakuan I, dirinya kerap menyetel lagu dangdut melalui pengeras suara saat melakukan aksinya. Suara lagu dangdut sengaja disetel untuk meredam kebisingan saat membobol tembok pegadaian.
"Ada
speaker kecil gitu biar tidak kedengaran waktu bobol tembok. Kami setel musik dangdut gitu supaya berisik," tuturnya.
Sebelum masuk ke dalam komplotan tersebut, I mengaku sebagai kuli panggul di Tanah Abang. Pada Januari 2018, I diajak temannya untuk berkenalan dengan Pratu HT. Saat itu Pratu HT mengajak I untuk bekerja dengannya.
"Ah kamu ngapain kuli, akhirnya diajak untuk kerja, awalnya tidak tahunya diajak bobol (pegadaian)," ucapnya.
I menambahkan, dirinya juga berbohong kepada pemilik ruko yang dia kontrakan dengan alasan mau jualan. I pun menyamar menjadi pedagang buah.
Sementara alat-alat yang digunakan untuk membobol pegadaian dibeli dengan menggunakan uang Pratu HT. Namun nantinya mereka harus mengganti biaya dari setiap alat yang sudah dibeli.
Begitu juga dengan barang-barang dari pencurian yang dilakukan setiap pukul 21.00 WIB sampai 03.00 WIB ini. Barang-barang curian itu akan diambil oleh HT untuk dijual.
"Bagi hasilnya tergantung, kadang ada yang dapat kecil juga, paling besar yang dapat hasilnya Pak HT karena yang kasih kita pikiran (ide)," ucapnya.
Selama menjalankan aksinya tersebut, I mengaku mendapat hasil pembobolan paling besar Rp37 juta di kawasan Cilodoh, Depok.
Kini I, D, dan AS masih menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya. Ketiganya dijerat Pasal 363 ayat 2 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal sembilan tahun penjara.
(osc/pmg)