Jakarta, CNN Indonesia -- Sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Neng Dara Affiah menilai Presiden pertama RI
Sukarno pernah merangkum sejumlah faktor penyebab kemunduran umat Islam. Di antara faktor yang disebut Sukarno, sikap taklid buta merupakan penyebab utama umat Islam mengalami kemunduran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, taklid berarti keyakinan atau kepercayaan kepada suatu paham atau pendapat yang sudah-sudah tanpa mengetahui dasar atau alasannya; peniruan.
Menurut Dara, taklid juga bisa diartikan sebagai sikap tunduk terhadap pendapat orang lain begitu saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam bahasa Bung Karno, taklid itu seperti abu, debu, dan asap. Bukan api Islam," ucap Dara saat diskusi di Megawati Institute, Jakarta, Rabu (30/5).
Menurut Dara, taklid tidak selalu buruk. Taklid tidak menjadi masalah jika tidak mematikan kreatifitas dan akal budi manusia. Sikap taklid atau tunduk akan menjadi masalah jika sampai mematikan kreatifitas dan akal budi, karena dua hal itu merupakan modal pokok untuk melakukan daya cipta.
"Bagi Bung Karno, taklid seperti itu yang akan mematikan daya cipta untuk memikirkan tentang kemajuan Islam," ucap Dara.
Faktor kemunduran umat Islam lainnya yang diutarakan Sukarno yakni ketika formalitas Islam sangat diutamakan. Padahal, sebaiknya substansi dalam Islam yang harus diprioritaskan.
Mengutamakan formalitas Islam yang dimaksud Dara yakni terlalu mengutamakan fikih atau ilmu tentang hukum Islam.
Menurut Sukarno, lanjut Dara, fikih memang penting karena serupa undang-undang atau peraturan di suatu negara. Namun, fondasi Islam tidak hanya fikih semata. Fondasi lain yang harus dipahami oleh umat Islam adalah Alquran dan Sunnah.
"Bung Karno pun menyatakan sebagian besar umat Islam memahami Islam sebatas label, bungkus dan atribut, bukan isi atau substansinya," tutur Dara.
Dara menilai pandangan yang berorientasi label dan bungkus ini masih berkembang. Bahkan semakin kuat sampai sekarang. Dia merujuk dari fenomena ketika sebagian orang mengukur keislaman seseorang dengan pandangan politiknya.
Misal, apakah seseorang memilih partai Islam atau tidak dan memilih pemimpin muslim atau tidak. Menurutnya, itu contoh konkret di masa kini.
"Dan bahkan tak bisa membedakan antara mana yang budaya Arab dan ajaran Islam," kata Dara.
Faktor lain penyebab kemunduran umat Islam menurut Sukarno yakni ketika hadis-hadis lemah dijadikan rujukan utama.
Hadis merupakan sabda Nabi Muhammad SAW yang merupakan rujukan hukum Islam kedua setelah Alquran. Hadis-hadis dikompilasi oleh sejumlah sarjana muslim, misalnya Imam Bukhori dalam Shahih Bukhori dan Imam Muslim dalam Shahih Muslim.
Sukarno, kata Dara, pernah menyebut bahwa banyak isi hadis yang mengandung takhayul serta panduan hidup yang tidak relevan jika diterapkan di masa modern.
Sukarno tidak bermaksud mengabaikan jasa besar para sarjana muslim yang mengkompilasi hadis. Hanya saja, Sukarno ingin menunjukkan bahwa umat Islam mesti bisa memilah mana yang kuat periwayatannya dan mana hadis yang lemah dalam isinya.
Faktor lain kemunduran umat Islam yang dicetuskan Sukarno yakni ketika pemimpin Islam mengabaikan sejarah.
"Padahal dengan mempelajari sejarah, kita akan memahami kekuatan-kekuatan masyarakat beserta kemajuan dan kemundurannya," katanya.
(osc)