Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah memulai langkah awal menuju konsep destinasi wisata halal tahun 2020, yaitu dengan menyediakan makanan halal di daerah proyek percontohan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Tinia Budiati mengklaim bahwa penjual di salah satu daerah percontohan, yaitu Setu Babakan, kini hanya menjajakan makanan yang halal.
"Kami siapkan makanan yang tidak dilarang agama. Itu sudah mulai. Setu Babakan memang paling gampang karena di bawah (kewenangan) kami," ujar Tinia saat ditemui di Jakarta, Sabtu (2/6).
Nantinya, proyek wisata halal itu akan dikembangkan secara bertahap di daerah percontohan lainnya, seperti Kota Tua. Namun, tak semua wilayah di Kota Tua dapat dikembangkan menjadi wisata halal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Kota Tua itu tidak semua milik kami (Pemprov DKI), ada yang milik pribadi. Jadi kalau 'ke sana' dikit sudah ada yang jual tidak halal. Tapi kalau di zona inti, Museum Fatahillah, itu hampir semuanya halal," tuturnya.
Selain makanan, pihak pemprov DKI juga tengah mempersiapkan penempatan fasilitas toilet bagi pengunjung yang nantinya akan dipisah untuk perempuan dan laki-laki.
Meski demikian, kata Tinia, penyediaan fasilitas itu akan memakan waktu tak sebentar karena menyangkut pembangunan infrastruktur.
"Nanti kami sediakan tempat salat, kemudian lokasi toilet dipisah. Itu lama karena ada infrastruktur yang harus dibuat dan dipikirkan juga bagaimana salurannya," ucap Tinia.
 Nantinya, proyek wisata halal akan dikembangkan secara bertahap di daerah percontohan lainnya, seperti Kota Tua. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah) |
Sementara itu, di daerah percontohan lainnya di Kepulauan Seribu, baru satu pulau yang bersedia menjadi destinasi wisata halal, yakni Pulau Macan.
Menurut Tina, keinginan itu berasal dari pemilik pulau itu sendiri yang sejak lama memang telah menyediakan makanan halal bagi pengunjung.
Selanjutnya, Tinia bakal memilah pulau mana saja yang bisa menjadi destinasi wisata halal dan yang tidak. Ia menyadari tak seluruh pengunjung Kepulauan Seribu menginginkan wisata halal tersebut.
"Kami pisahkan nanti (pulau) yang boleh pakai bikini misalnya kemudian yang enggak boleh. Kan (takutnya) risih sendiri nanti pakai bikini di pulau yang halal," katanya.
Tinia tak menampik masih ada pengunjung yang 'nakal' membawa minuman beralkohol saat berkunjung ke tempat tersebut. Menurutnya, para pengunjung itu akan diperingatkan secara persuasif.
"Pelan-pelan ya, kami kan bukan memaksa tapi mengajak," imbuhnya.
Sementara itu, pengusaha travel Cheriatna menilai persiapan pemprov DKI membuat destinasi wisata halal pada 2020 cukup baik. Pihaknya juga telah mendapat beberapa kali pembekalan tentang konsep wisata halal di ibu kota.
"Ya optimislah 2020 bisa tercapai. Kami sudah pemanasan dari jauh hari, (diberi informasi) apa itu wisata halal, objeknya apa saja. Bukan dari lokal saja, tapi juga asing," kata Cheriatna.
Berkaca dari pengalaman sebagai pengelola travel, lanjutnya, ada antusiasme sendiri dari masyarakat untuk memperoleh wisata halal. Hal itu yang membuat Cheriatna yakin Jakarta sebagai wisata halal akan tercapai pada tahun 2020.
"Kebutuhan dari masyarakat selama ini sudah meminta. Makanan gimana, ruangan campur enggak, kolam renang bagaimana. Jadi mereka sudah nanya duluan," ujarnya.
Senada dengan Tinia, proses pengenalan wisata halal ini dimulai dengan menyediakan makanan yang tak haram terlebih dulu. Selain itu, fasilitas toilet juga mulai diperhatikan untuk laki-laki dan perempuan.
Namun ia menegaskan, wisata halal tak berarti semua tertutup. Konsep wisata ini akan lebih mengedepankan keramahan dan kenyamanan bagi pengunjung.
"Kami bertahap, pengenalan dulu. Makanan bagaimana, tidak ada bir, kamar mandi dipisah. Ya masih sosialisasi karena memang butuh waktu," kata Cheriatna.
(has)