Menristekdikti Harap Dosen Luar Negeri Mengajar Lebih Lama

Dika Dania Kardi | CNN Indonesia
Senin, 04 Jun 2018 06:49 WIB
Menristekdikti M Nasir mengatakan dosen luar negeri yang mengajar di Indonesia saat ini sekitar 200 orang. Ia berharap mereka bisa menetap selama dua tahun.
Menristekdikti M Nasir mengatakan dosen luar negeri yang mengajar di Indonesia saat ini sekitar 200 orang. Ia berharap mereka menetap dan mengajar lebih lama. (CNN Indonesia/Mesha Mediani)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meminta dosen luar negeri yang mengajar di Indonesia dengan jumlah sekitar 200 dosen untuk bisa menetap agar bisa memberikan hasil maksimal bagi mahasiswa.

"Kami minta dosen luar negeri yang sudah mengajar di Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia bisa menetap sekitar dua tahun agar hasilnya bisa maksimal. Data yang ada di Indonesia sudah ada ya berkisar 150-200 dosen luar negeri yang mengajar di Indonesia," kata Nasir di Bojonegoro, Jawa Timur, Minggu (3/6) seperti dikutip Antara.
Dia mengatakan dosen luar negeri yang mengajar di Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia tersebut hanya menetap sekitar sebulan kemudian kembali lagi ke negaranya.

"Tapi kalau bisa menetap selama dua tahun misalnya, maka hasilnya akan maksimal bagi mahasiswa yang belajar di S1,S2 juga S3," tambah Nasir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nasir mengatakan perguruan-perguruan tinggi di Indonesia sendiri saat ini membutuhkan pengalaman para dosen dari luar negeri untuk mengajar, terutama di bidang sains dan teknologi.

"Dosen yang kita butuhkan yaitu dosen sains dan teknologi, sebagai usaha meningkatkan ekonomi di Indonesia," ujarnya.
Pada kesempatan memberikan kuliah umum untuk mahasiswa Institut Agama Islam Sunan Giri (IAIS) dan Universitas NU Sunan Giri (UNUGiri) di Bojonegoro, ia menjelaskan ada tiga faktor rendahnya kualitas pendidikan yaitu kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Inggris.

Selain itu juga kemampuan menguasai matematika dan kurangnya publikasi ilmu pengetahuan dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Ia mencontohkan pada 2015 publikasi ilmu pengetahuan dari PT di Indonesia hanya sekitar 4.500 publikasi, masih kalah dibandingkan dengan Singapura dengan jumlah sekitar 8.000 publikasi.

"Dengan berbagai upaya akhirnya PT di Indonesia pada 2018 mampu mempublikasi ilmu pengetahuan dengan jumlah sekitar 9.500 publikasi, sedangkan Singapura hanya sekitar 8.000 publikasi," kata dia. (antara)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER