Surabaya, CNN Indonesia -- Permasalahan yang selalu menimpa masyarakat Ponorogo saat bulan Ramadan adalah langkanya elpiji 3 kg atau yang biasa disebut elpiji melon. Elpiji yang dikhususkan untuk masyarakat miskin ini berkurang peredarannya bahkan harganya menembus Rp30 ribu per tabung dari biasanya hanya Rp16 ribu per tabung.
Di beberapa pangkalan, bahkan ramai didatangi warga yang berburu elpiji melon. Tidak hanya itu, warga juga sempat menggelar aksi menggelindingkan tabung elpiji melon di jalan raya sebagai simbol kekecewaan warga terhadap langkanya elpiji.
Belasan warga pun menggelar aksi di Jalan Ir. H. Juanda, selain membawa belasan tabung gas kosong mereka pun juga membawa poster berisikan tuntutan agar pasokan LPG kembali lancar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu masyarakat, Irfan Nugroho (33) mengatakan dirinya mengalami kesulitan membeli gas LPG sejak awal Ramadan. Bahkan dirinya rela mencari LPG hingga berjarak 7 km dari rumahnya.
"Rumah saya Siman, tapi saya dapat LPG di Tambakbayan. Itu kan jauh dari rumah saya," tutur Irfan beberapa waktu lalu.
Bahkan menurut Irfan selain langka, harga per tabung mencapai Rp30 ribu.
"Harganya mahal sekali, untuk kami ini terlalu mahal," jelas dia, Rabu (6/6).
Dalam aksinya, massa juga sempat berorasi dan melakukan aksi menggelindingkan tabung gas kosong di jalan sebagai bentuk protes akibat kelangkaan ini. Irfan pun berharap pasokan LPG 3 kg segera lancar kembali sehingga tidak perlu lagi aksi protes seperti ini.
"Kami ingin pasokan LPG segera lancar kembali dan harganya kembali normal Rp16-17 ribu," imbuh dia.
Kelangkaan LPG 3 kg di Ponorogo membuat Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana) Migas Se-karesidenan Madiun Agus Wiyono gusar.
Ia bahkan dengan jelas menuding adanya kesalahan yang dilakukan masyarakat akibat kelangkaan ini.
"Ada yang menyalahi terutama masyarakat, padahal kuota pengiriman LPG 3 kg untuk Ponorogo ini tetap," terang Agus.
Menurut Agus, banyak masyarakat yang melakukan pembelian dalam jumlah banyak. Padahal LPG 3 kg ini merupakan barang subsidi dan peruntukkannya untuk rakyat miskin.
"Saya bakal terus
monitoring, selain Ponorogo, Ngawi juga bergejolak masalah LPG melon ini," ucapnya.
Agus menjanjikan pihaknya bakal mengusut penyebab kelangkaan ini.
"Akan kami cari penyebabnya apa," tegas dia.
Buntut dari permasalahan kelangkaan elpiji 3 kg yang terjadi di Ponorogo, pangkalan yang berada di Desa Kalimalang, Kecamatan Sukorejo dapat sanksi dari Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana) Migas.
Sanksi tersebut berupa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada salah satu pangkalan di Desa Kalimalang, Kecamatan Sukorejo yang kedapatan menjual elpiji melon ke pengecer bukan ke rumah tangga.
Agus pun mengaku curiga ada pangkalan yang memiliki tabung elpiji melon ilegal.
"Saya mengindikasikan ada tabung elpiji 3 kg kosong selain yang dikeluarkan Pertamina jadi ada tabung lainnya, pengecer punya stok tabung kosong," cakapnya.
Agus menjelaskan Pertamina sudah mengirim kuota gas tabung melon seperti biasa bahkan terbaru untuk Ponorogo ditambah 10%. Namun kenyataannya dibeberapa tempat di bumi reog masih mengalami kesulitan.
"Kami juga mengawasi pergerakan pengecer yang 'hunting' elpiji melon ini yang perlu diwaspadai," papar dia.
Menanggapi permasalahan ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo dan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) menggelar operasi pasar elpiji 3 kg di Paseban Alun-Alun Ponorogo. Setidaknya ada 560 tabung yang disiapkan dalam operasi pasar ini.
Anggota Hiswana Migas Agus Mustofa Latif mengatakan operasi pasar ini sengaja dilakukan untuk meredam situasi Ponorogo yang kekurangan stok elpiji melon. "Tujuannya untuk membantu masyarakat yang kesulitan mendapatkan elpiji," tukas dia.
Menurutnya, sesuai petunjuk dari Pertamina dalam operasi pasar kali ini disiapkan 560 tabung dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 16 ribu.
"Kami juga terus mengimbau kepada masyarakat untuk memakai elpiji sesuai dengan kemampuan, jangan semua ingin murah terua pilih elpiji melon," pungkas dia.
(dik)