Jakarta, CNN Indonesia -- Selain kemiringan lahan, struktur tanah dan curah hujan tinggi, pemanfaatan lahan di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Ponorogo, Jawa Timur juga ditengarai menjadi penyebab tanah longsor. Lahan yang longsor selama ini ditanami jahe oleh warga. Tanaman tersebut dinilai tidak cocok ditanam di tebing karena tidak bisa memperkuat struktur tanah.
Hal ini disampaikan tim kajian Universitas Gajah Mada terhadap lahan di kawasan yang longsor.
Menurut anggota tim kaji cepat UGM Bagus Bestari Kamarulah, berdasarkan pengamatan tim bersama peneliti dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), ditemukan ada zona lemah sepanjang 1,5 kilometer dari titik nol longsor hingga ke sisi selatan.
Di zona lemah itu diketahui kondisi tata guna lahannya cukup memprihatinkan. Bagus menyebut banyak dijumpai tanaman yang tidak layak berada di kawasan lereng.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tanaman yang tumbuh di sekitar lereng lokasi longsor ini adalah tanaman jahe yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat, kemudian ada juga bambu," kata Bagus di Ponorogo, Selasa (4/4) seperti diberitakan
Antara.
Jahe dan bambu menurut Bagus bukan jenis tanaman yang cocok ditanam di tebing atau tanah miring. Seharusnya jahe dan bambu ditanam di bawah tebing.
Penyebab lain adalah kemiringan tebing yang mencapai 60 derajat yang mengakibatkan risiko pergeseran tanah tinggi.
Selain itu, kata Bagus, struktur tanah dan batuan yang longsor merupakan hasil pelapukan dari gunung berapi.
"Jenis batuan itu memiliki sifat lepas-lepas, sehingga sangat rawan sekali terjadi longsor," ujarnya.
Kondisi rawan itu semakin diperparah dengan curah hujan yang tinggi. Sebelum longsor, Desan Banaran dan sekitarnya tengah diguyur hujan lebat selama tiga hari.
"Sehari sebelum kejadian itu hujan terjadi mulai dari sore hingga tengah malah. Kondisi itu memicu terjadinya serapan air dalam tanah cukup tinggi, sehingga tanah dalam kondisi jenuh air," kata Bagus.
Tim kaji cepat juga saat ini tengah melakukan kajian terhadap potensi longsor susulan dari tebing yang ada di kanan-kiri lokasi bencana.
Longsor terjadi pada Sabtu (1/4) pagi sekitar pukul 08.00 WIB. Longsor menimbun 35 rumah dan 28 warga yang sedang berladang memanen jahe.
Hingga saat ini baru tiga orang korban ditemukan. Sementara 25 orang lainnya belum ditemukan. Pemerintah daerah sudah mengerahkan sejumlah alat berat untuk mengangkat material longsor mencari korban yang tertimbun.