Jakarta, CNN Indonesia -- Siti Hediati Hariyadi alias
Titiek Soeharto baru saja bergabung bersama
Partai Berkarya. Dia meninggalkan posisinya Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golkar. Bergabungnya Titiek menambah jumlah anggota keluarga Cendana di tubuh Partai Berkarya.
Sebelumnya, telah ada adik Titiek yakni Hutomo Mandala Putra atau
Tommy Soeharto yang kini menjadi ketua umum Partai Berkarya. Selain itu, ada pula Retnosari Widowati Harjojudanto atau Eno Sigit yang baru saja bergabung pekan lalu. Eno merupakan cucu Soeharto. Dia adalah anak dari Sigit Hardjojudanto dan Ilsye Aneke Rahmawati.
Ketua DPP Partai Berkarya Badaruddin Andi Picunang yakin berkumpulnya keluarga Cendana dapat mempengaruhi elektabilitas pada Pemilu 2019. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang merindukan mantan Presiden Soeharto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya, dia menilai Partai Berkarya bakal mendapat sambutan positif hingga dapat lolos parliamentary threshold dan mendapat kursi di parlemen.
Namun, Direktur Eksekutif Indobarometer Muhammad Qodari menilai kehadiran Titiek tidak serta merta membuat elektabilitas Partai Berkarya meningkat pesat. Dia ragu Partai Berkarya langsung mendapat insentif elektoral besar hingga lolos
parlimentary threshold pada Pemilu 2019.
Qodari mengatakan memang banyak masyarakat yang merindukan kepemimpinan Soeharto. Indobarometer, lanjutnya pernah melakukan survei pada April lalu. Hasilnya, Soeharto dinilai sebagai presiden Indonesia yang paling berhasil.
Meski begitu, Qodari menganggap masyarakat masih belum percaya anak-anak Soeharto dapat membuat keberhasilan yang sama.
"Masih putus. Belum nyambung antara Partai Berkarya atau anak-anak Pak Harto dengan Pak Harto. Suka dengan Pak Harto dan Partai Berkarya belum tercipta," tutur Qodari saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Senin (11/6).
Qodari mengatakan perlu langkah-langkah jitu yang dilakukan klan Cendana demi meloloskan Partai Berkarya ke parlemen. Pertama, yakni membuat strategi kampanye yang jitu. Menurut Qodari, menjual nama Soeharto memang menjanjikan namun harus dilakukan dengan siasat yang jitu.
Kedua, Qodari mengatakan alangkah baiknya jika anak-anak Soeharto mengalokasikan kekayaannya dalam jumlah besar untuk kepentingan pemenangan pemilu. Dia menilai langkah itu sangat perlu ditempuh mengingat popularitas Partai Berkarya masih harus ditingkatkan dengan cepat.
"Untuk sementara ini saya lihat Pak Soeharto belum keliatan berani
fight. Belum berani mengeluarkan sumber daya yang besar untuk ikut pemilu dan itu membuat saya pesimis," ucapnya.
 Keluarga cendana gabung ke partai berkarya. (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha) |
Merujuk dari Kegagalan Tutut SoehartoTerpisah, Direktur Charta Politika Yunarot Wijaya beranggapan sama. Dia ragu Partai Berkarya langsung terbang tinggi ketika Titiek bergabung menjadi kader.
Yunarto mengatakan memang masih ada sebagian masyarakat yang rindu Soeharto. Akan tetapi, bukan ketokohan, melainkan rindu terhadap pembangunan yang dilakukan Soeharto. Karenanya, dia ragu anak-anak Soeharto dapat mencapai hasil yang diharapkan.
"Artinya, ini bukan masalah kegandrungan terhadap soeharto yang bisa diwakili anaknya. Tapi lebih kepada pembangunan yang berhasil, juga stabilitas kemanan. Bukan terkait dengan anggota keluarga," ucap Yunarto.
Menurut Yunarto, keturunan Soeharto tidak menjamin dapat mengais suara dari kalangan yang rindu hasil kerja penguasa Orde Baru tersebut. Dia merujuk dari kegagalan Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut.
Tutut tercatat sempat membentuk Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) dan ikut Pemilu 2004. Namun, partai tersebut gagal masuk parlemen karena tidak dapat meraih suara minimal
parliamentary Threshold. Kala itu, kata Yunarto, Tutut pun menjual nama Soeharto.
"Buktinya Mbak Tutut di PKPB. Itu jelas. Tidak pernah ada sosok anak Soeharto yang terasosiasi dengan keberhasilan pembangunan ayahnya. Bukan masalah hubungan darah," kata Yunarto.
(dal/sur)