Jakarta, CNN Indonesia -- Mudik atau pulang kampung saat Hari Raya Idul Fitri menjadi rutinitas sebagian besar masyarakat Indonesia saban tahun. Mereka yang tinggal di kota-kota besar, termasuk Jakarta, banyak yang melakukan perjalanan untuk berkumpul dengan keluarga di kampung halaman.
Meskipun harus berjibaku saat akan naik kereta api, bus, pesawat, kapal laut, ataupun terjebak macet di perjalanan, tak menyurutkan para pelaju untuk pulang saat hari raya. Namun, rutinitas tahunan itu tak dirasakan oleh semua warga Jakarta.
Heri Januar (35) merupakan satu di antara banyak warga Jakarta yang tak pernah merasakan pengalaman mudik ke kampung halaman. Seumur-umur, pria yang bekerja di PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) itu tak sekalipun mengenal yang namanya mudik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Enggak pernah nih, emang enggak punya kampung. Mau mudik ke mana?," kata Heri saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Senin (11/6).
Heri merupakan keturunan Betawi asli. Kedua orang tuanya tinggal di Cilandak, Jakarta Selatan. Saban tahun saat lebaran, dia hanya melihat para tetangga satu persatu pulang ke kampung halamannya masing-masing.
Heri mengaku memiliki keinginan untuk merasakan mudik ke kampung halaman saat Idul Fitri. Namun, mimpinya untuk merasakan mudik pupus setelah mendapat istri yang juga serumpun. Betawi asli. Saat ini dia telah memiliki dua orang anak dan tinggal di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
"Ya kalau keinginan sih ada. Pengen kaya orang-orang, cuma kan dapet istrinya orang Betawi juga," tuturnya.
Mudik, kata Heri menjadi hal yang mustahil dirinya lakukan saat ini, apalagi sudah memiliki keluarga. Menurut Heri, aktivitas yang biasa dirinya lakukan saat libur lebaran adalah berkumpul dengan keluarga yang sudah lama tak bertemu.
Selain itu, Heri mengaku kerap mengajak istri dan kedua anaknya berkeliling kota Jakarta yang lengang ditinggal penghuninya ke kampung halaman.
"Ngajak anak istri jalan-jalan. Ngerasain lengangnya Jakarta gimana ditinggal sama yang cari nafkah di Jakarta," ujarnya.
Heri melanjutkan pada lebaran kali ini dia kebagian piket kerja, untuk menggantikan rekan-rekannya yang mudik. Namun, di sisi lain hati Heri lega karena situasi jalanan di ibu kota saat Idul Fitri akan sangat lengang.
"Paling saya kerja pas lebaran, tugas negara piket jaga gardu (PLN). Ganti temen yang mudik," ujarnya.
'Mudik' ke DepokSama seperti Heri, Abi Hafiz (29) juga tak pernah sekalipun merasakan mudik saat lebaran. Ia tak tahu bagaimana rasanya berebut tempat duduk di kereta api, ataupun terjebak macet belasan jam di jalan.
Abi keturunan Betawi yang tinggal di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Ia sehari-hari bekerja sebagai barista di salah satu kedai kopi di Jakarta Pusat. Mudik, kata Abi sesuatu yang mungkin tak akan bisa dirinya lakukan.
"Wah kebetulan enggak punya kampung nih, jadi enggak mudik. Belum pernah mudik sama sekali," kata Abi kepada CNNIndonesia.com.
Abi mengatakan paling jauh dirinya 'mudik' ke rumah mertua yang ada di kawasan Tanah Baru, Depok, Jawa Barat. Perjalanan itu pun terbilang singkat. Hanya memakan waktu 30 menit dari Cilandak ke rumah sang mertua.
"Jadi saya kan asli Jakarta, kalau istri Betawi Depok. Jadi mudiknya ke Depok," tuturnya sembari tertawa.
Untuk mengisi waktu, Abi memilih membelah jalanan Ibu Kota yang lengang saat libur lebaran. Berbekal kuda besi modifikasinya, dia keliling Jakarta bersama rekan-rekannya. Menurutnya, situasi seperti itu yang selalu ditunggu warga Jakarta.
"Ya biasa paling motoran aja, mumpung jalanan sepi. Lebaran pertama kebetulan masuk juga nih. Tapi agak siang untuk lebaran pertama. Karena kan emang di kafe gitu," ujarnya.
(ayp)