Jakarta, CNN Indonesia -- Bekerja di instalasi gawat darurat (IGD) sebuah rumah sakit mungkin terdengar menegangkan bagi sebagian orang. Betapa tidak, dokter dan perawat IGD harus senantiasa sigap berpikir dan bertindak menangani berbagai kondisi pasien.
Terlebih, jika pasien tersebut sedang meregang nyawa.
Selain itu, para dokter dan perawat pun harus rela waktunya banyak tersita untuk bertugas. Tak jarang, tenaga medis di UGD harus bekerja tanpa mengenal libur demi menolong dan merawat pasien.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya adalah dokter Naila Izati , seorang dokter umum bagian IGD Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) DR. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Tahun ini adalah tahun kedua dokter berusia 29 tahun itu berjaga di IGD saat musim libur lebaran.
Kepada
CNNIndonesia.com, Naila menceritakan pengalaman berkesannya menangani pasien saat lebaran tahun lalu. Salah satunya adalah pasien yang tersedak rendang.
"Keselek rendang sih tahun lalu. Itu sampai masuk kategori merah. Aku kurang ingat detailnya, tetapi kita lihat seperti ada benda asing di saluran napasnya," kata Naila ditemui di ruang kerjanya, Kamis (14/6).
dr. Naila Izati. (CNN Indonesia/Mesha Mediani) |
Naila meyakini saat itu si pasien telah menerima pertolongan pertama oleh keluarganya sebelum dilarikan ke RSCM, walau usaha itu gagal.
"Biasanya kalau orang keselek kan pertolongan pertamanya ditepuk, ini pasti sudah dilakukan. Tapi benda aneh itu masih ada dan pasiennya sesak banget, sehingga masuk ke zona merah," kata Naila.
Dalam waktu singkat, Naila dan tim pun berhasil mengangkat rendang yang tersangkut di kerongkongan pria berusia sekitar 40-50 tahun itu dengan bantuan alat dari spesialis telinga, hidung, tenggorokan (THT).
"Alhamdulillah aman. Soalnya THT punya alat bantu teropong," ujarnya.
Naila yang mengaku pernah magang di sebuah majalah wanita itu juga pernah menemukan kasus hidung anak kecil yang tersumbat kacang saat lebaran.
"Kalau kacangnya sudah lama di hidung sampai si anak ingusan dan batuk-batuk, itu kategori kuning. Kalau kacangnya kecil dan masih kelihatan, itu kategori hijau," kata Naila.
Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu menuturkan kasus kecelakaan saat malam takbiran atau H-1 Idulfitri juga kerap terjadi. Umumnya, akibat permainan petasan atau kembang api.
"Nanti kalau malam takbiran, petasan-petasan biasanya ke mata atau ke (tindakan) bedah kalau luka lebih parah. Waktu itu pernah ada kasus anak balita nonton kembang api dan kena percikan mata. Masuk ke IGD," kata Naila.
Demi mencegah kejadian serupa berulang, Naila berpesan agar masyarakat yang ingin menyaksikan pesta kembang api dan sebagainya selalu memakai kacamata. Baik kacamata hitam ataupun kacamata baca. Sehingga, mata terlindung dari asap, abu, dan percikan api.
Tidak Panik Meski pekerjaannya tak lepas dari situasi genting, Naila mengaku tak pernah panik. Terlebih, sistem penanganan pasien di IGD bukanlah berdasarkan urutan kedatangan, melainkan berdasarkan kategori kegawatan pasien dengan prioritas. Sehingga, dokter berhak menentukan siapa pasien yang paling mendesak untuk ditangani.
Tedapat tiga kategori kegawatdaruratan; Pertama, resusitasi (merah) dengan waktu tunggu pelayanan segera. Kedua, urgent (kuning) dengan waktu tunggu pelayanan 30 menit. Ketiga, non urgent (hijau) dengan waktu tunggu pelayanan 60 menit.
"Saya nggak panikan sih orangnya. Kalau panikan, saya nggak mungkin kerja di IGD. Yang saya khawatirkan adalah load pasiennya saja, khawatir nggak kepegang kalau terlalu banyak pasien," kata Naila.
Naila menjelaskan, kategori merah adalah kategori yang mengancam nyawa dalam waktu hitungan menit. Biasanya, dokter dan perawat berpatokan pada anamnesis ABC (Airway-Breathing-Circulation) yang mencakup saluran napas pasien dan denyut nadi.
"Misalnya dia luka tusuk di daerah leher, itu berbahaya untuk jalan napasnya. Sirkulasinya juga karena di situ ada aliran darah besar. Kalau ABC-nya terancam, pasti dia merah," kata Naila.
Naila melanjutkan, "Kalau ABC-nya masih tenang, nadi dan sirkulasi masih bagus, tetapi ada sakit kronis atau sakit gula dengan luka, masuk kategori kuning."
Naila pun bersyukur saat ini tenaga medis yang membantunya di IGD RSCM bertambah. Sehingga, Naila bisa menyempatkan waktu untuk malam takbiran dan salat Idulfitri bersama keluarga.
Lebaran tahun ini, Naila bertugas dari pukul 14.00-21.00 WIB sampai Sabtu, 16 Juni 2018 mendatang.
Naila pun mengaku mencintai pekerjaannya karena dapat mengabdi kepada sesama manusia.
"Kerjaan kita di IGD adalah membereskan sialnya orang. Saya sih bercandanya gitu. Setelah saya setahun lebih kerja di IGD, pikiran saya adalah, 'Things happen.' Kita sudah berhati-hati, tetapi ada saja kasus orang yang kepotong jarinya pas kerja," kata Naila.
(ugo)