Polisi Sebut Insiden Banser-PDIP di Banyumas Salah Paham

Damar Sinuko | CNN Indonesia
Selasa, 26 Jun 2018 19:45 WIB
Banser dan PDIP sepakat berdamai dengan difasilitasi Polres Banyumas. Laporan dugaan politik uang sudah dicabut.
Polisi menyebut kasus penggerudukan Banser dan FPI ke PDIP Banyumas hanya salah paham. (CNN Indonesia/Damar Sinuko)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kapolda Jawa Tengah Inspektu Jenderal Condro Kirono menyebut insiden penggerudukan kantor Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Banyumas oleh anggota Front Pembela Islam dan Bantuan Serba Guna (Banser) Nahdlatul Ulama hanya salah paham. Kasus ini sudah diselesaikan secara damai dengan difasilitasi Polres Banyumas.

"Sudah damai dan selesai. Kedua pihak telah difasilitasi oleh Kapolres Banyumas dan sama-sama berdamai. Ini hanya salah paham saja," kata Condro di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/6).

Tim hukum PDIP Banyumas juga telah mencabut laporan aduan dugaan politik uang. Sementara demikian juga dengan Banser yang semula melaporkan salah seorang kader PDIP juga mencabut laporan.

Atas kejadian ini, Condro mengimbau masyarakat untuk tdak terburu-buru emosi menyikapi hal-hal yang terkait Pilkada.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Besok kan sudah pencoblosan, mari sama-sama ciptakan rasa aman," ujar Condro.

Condro juga menegaskan bila insiden di kantor PDIP Banyumas tidak sampai terjadi konflik fisik. Karena itu masyarakat jangan sampai tersulut informasi yang tidak benar, terlebih yang berkembang di media sosial. 

"Kedatangan rekan Banser, FPI dan Kokam secara baik-baik, dan disambut baik pula oleh rekan-rekan PDIP. Tidak benar kalau ada yang menyebut ada kontak fisik apalagi anarkisme dalam peristiwa tersebut," katanya.

Massa dari Banser, FPI dan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) mendatangi kantor PDIP Banyumas. Peristiwa tersebut dipicu kedatangan Ketua Pengaurusa Anak Cabang PDIP Sambang Dartim ke pengajian di rumah Edi Siswanto.

Dalam pengajian tersebut, pembagian bisyaroh atau uang hadiah yang lazim diberikan pada kiai, dianggap sebagai money politics. Sejumlah orang dikabarkan dibawa ke Panitia Pengawas Kecamatan setempat. Hal inilah yang diprotes karena bisyaroh sudah jadi tradisi dan sama sekali tak terkait dengan politik. (sur/sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER