Jakarta, CNN Indonesia -- Hitung cepat atau
quick count berbagai lembaga survei telah menunjukkan hasil sementara Pilkada serentak 2018 di 171 daerah, termasuk tiga provinsi di Pulau Jawa yang dianggap memiliki peran penting pada Pilpres 2019.
Dari hasil
quick count, hampir seluruh partai pendukung Joko Widodo di Pilpres 2019 berhasil memenangkan calon mereka, terutama di pemilihan gubernur. Hanya saja, hal itu tak menjamin Jokowi bakal meraih kemenangan di Pilpres 2019.
Pengamat politik Universitas Gadjah Mada Satria Aji Imawan menilai peluang Jokowi masih belum aman. Kans petahana meraih kemenangan di lumbung suara nasional tersebut dianggap masih 50:50.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satria mengatakan ini setelah melihat performa PDIP yang tidak meyakinkan di Pilkada Pulau Jawa.
PDIP adalah partai pengusung utama Jokowi. Namun di Pulau Jawa, partai berlambang banteng itu hanya meraih kemenangan di Jawa Tengah.
"Dilihat dari banyaknya calon yang diusung kalah, maka peluang Jokowi sedikit menurun," kata Aji kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (29/6).
PDIP, berdasarkan
quick count memang hanya berhasil memenangkan pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin. Selebihnya, jagoan PDIP di Jawa Timur dan Jawa Barat tak mampu berbuat banyak.
Di Jawa Timur, Saifullah Yusuf alias Gus Ipul-Puti Guntur Soekarno yang didukung PDIP, PKB, Gerindra, dan PKS, kalah dari Khofifah-Emil Dardak. Bahkan di Jawa Barat, jagoan PDIP yakni Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan menduduki posisi buncit diantara empat kandidat yang bertarung.
Jokowi sebenarnya tak terlalu merugi dari kekalahan PDIP. Pasalnya, calon-calon yang menang di Jawa Barat dan Jawa Timur masih berasal dari partai-partai koalisi pendukungnya.
Di Jawa Barat, Ridwan Kamil-Ruzhanul Ulum yang unggul versi
quick count didukung oleh NasDem, PPP, Hanura, dan PKB yang merupakan parpol pendukung Jokowi pada pilpres tahun depan.
Hal serupa juga terjadi di Jawa Timur yang berdasarkan
quick count berhasil dimenangkan oleh Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak. Khofifah secara pribadi bahkan menyatakan bakal mendukung Jokowi di Pilpres 2019 mendatang.
Meski demikian, menurut Aji, kekalahan PDIP tetap harus diwaspadai. Dia pun menilai kekalahan tersebut sebagai cermin mesin politik partai yang tak bekerja maksimal.
Ketokohan Jokowi yang dianggap baik dinilai belum dapat diimbangi dengan kinerja mesin partai jika berkaca hasil pilkada terutama di Pulau Jawa. Padahal, kata Aji, mesin politik partai merupakan salah satu faktor untuk memenangkan sebuah pemilihan.
Pilkada di Pulau Jawa sendiri sudah lama dianggap sebagai salah satu barometer penting dalam melihat dan memprediksi peta politik Pilpres 2019.
Arti strategis Pulau Jawa karena menjadi pulau yang menyumbang suara terbesar dalam pemilu.
Di Pilkada 2018, berdasarkan data KPU, jumlah pemilih di tiga provinsi itu mencapai 89,4 juta pemilih atau lebih dari setengah jumlah pemilih nasional yang mencapai 152,8 juta pemilih.
Limpahan SuaraSekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Arsul Sani menilai peluang Jokowi untuk kembali menang di 2019 tetap besar, meski PDIP sebagai pengusung utama mengalami kekalahan di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Bagaimanapun, menurut Arsul, Jokowi tetap mendapat limpahan suara dari para kandidat yang menang di Jawa Barat dan Jawa Timur tersebut.
Arsul mencontohkan meski jagoan PDIP kalah di Jawa Barat, namun Jokowi dianggap tetap dapat limpahan suara dari partai pendukung kandidat lain yang mengusung Ridwan-Uu ataupun Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi.
Hal itu kata dia, tidak terlepas dari fakta bahwa pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu diusung parpol yang hampir pasti tidak akan mendukung Jokowi di 2019.
"Jelas masih besar ini memilih Jokowi, dan itu menurut saya
in line dengan survei yang beberapa bulan terakhir ini Jokowi sudah menang di Jawa Barat," kata Arsul di kompleks parlemen, kemarin.
Di sisi lain, Direktur LSI Denny JA, Adjie Alfaraby menilai kemenangan kandidat pada pilkada terutama daerah yang menjadi lumbung suara nasional, tidak terlalu berpengaruh dengan pilpres mendatang.
"Secara data, PDIP misalnya partai pemenang pemilu kemudian punya capres yang begitu kuat yaitu pak Jokowi, di beberapa daerah potensial malah kalah. Misalnya di Jabar, Jatim, Sumut, Kaltim, Kalbar. Tapi hasil ini menurut pengalaman kami, tidak banyak berpengaruh ke pileg atau pilpres," kata Adjie di kantornya, Rabu (27/6).
Momen Pilkada serentak 2018, menurut Adjie, sekadar persiapan mesin partai politik menjelang pileg maupun pilpres 2019.
(wis)