Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Geologi Kementerian ESDM menyebut erupsi
Gunung Agung, Bali, tak sehebat erupsi yang terjadi pada November 2017.
Kepala Badan Geologi ESDM Rudy Suhendar menyampaikan amplitudo getaran dari Gunung Agung saat ini tak sampai setengah dari erupsi November lalu.
"Amplitudo mengindikasikan energi di dalam gunung. Kemarin kurang dari 10 mili, beda dengan yang 25-27 November sampai
overscale, lebih dari 30 mili," kata Rudy pada jumpa pers di Gedung Heritage Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (29/6).
Dia menjelaskan bahkan amplitudo getaran kini sudah menurun drastis. Lalu suara gemuruh yang berasal dari getaran tersebut pun sudah tidak terdengar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rudy menjelaskan erupsi mulai terjadi pada Rabu (27/6) pukul 22.00 WITA. Saat itu terjadi sedikit bukaan atau rekahan di dasar kawah Gunung Agung.
Letusan abu vulkanik memiliki ketinggian bervariasi. Ketinggian maksimal mencapai 2.000 meter dan mengarah ke barat.
"Sejak 12.30 kemaern siang, kita monitor terus hingga jam 21.00 semalam, amplitudo tidak naik, datar kemudian setelah jam 01.00 dini hari tadi terjadi penurunan sampai kini," lanjut dia.
Badan Geologi belum bisa memprediksi sampai kapan erupsi akam terjadi. Namun dari pantauan citra satelit, diketahui rekahan di kawah tidak terlalu besar. Ini meyebabkan letusan tidak besar, tetapi proses erupsi akan berlangsung lebih lama dari biasanya.
"Dibandingkan yang lalu-lalu ketinggian 5.000 meter, ini dikategorikan kecil. Hanya memang durasinya lebih panjang," tambah Rudy.
Bandara Ngurah Rai, Bali, ditutup mulai dari Jumat (29/6) pukul 03.00 WITA hingga pukul 19.00 WITA, seperti yang diumumkan dalam akun media sosialnya.
Keputusan tersebut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh Airnav Indonesia cabang Denpasar yang menyampaikan abu Gunung Agung mulai erupsi sejak Rabu (27/6) berbahaya bagi keselamatan penerbangan. Namun, Badan Geologi memastikan abu vulkanis ini tidak memiliki dampak bagi kehidupan di darat.
"Airnav Indonesia cabang Denpasar menyampaikan bahwa pemanduan penerbangan atau pelayaran lalu lintas udara dari/ke bandara I Gusti Ngurah Rai secara taktis dengan menghindari poligon sebaran abu vulkanik dapat membahayakan keselamatan penerbangan," tulis kantor otoritas Bandara Wilayah IV dalam keterangan pers yang diterima
CNNIndonesia.com, Jumat (29/6).
(stu)