PVMBG: Waspada Banjir Lahar Hujan dari Gunung Agung

ANTARA | CNN Indonesia
Sabtu, 07 Jul 2018 10:30 WIB
PVMBG Gunung Agung mengimbau warga Karangasem yang bermukim di sekitar Gunung Agung waspada banjir lahar hujan.
Cahaya magma dalam kawah Gunung Agung terpantul pada abu vulkanis terlihat dari Desa Datah, Karangasem, Bali, Jumat (29/6). (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gunung Agung mengimbau warga Karangasem yang memiliki kediaman di dekat bantaran sungai agar mewaspadai bahaya banjir lahar hujan.

"Saya mengimbau warga yang tinggal di bantaran sungai agar waspada dengan ancaman lahar hujan," kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, di Karangasem, Bali, seperti yang dikutip dari Antara pada Sabtu (7/7).

Hal ini disampaikannya mengingat erupsi Gunung Agung dengan sejumlah material vulkanik yang dikeluarkan sudah beberapa kali terjadi, disertai adanya hujan di dekat gunung yang cukup tinggi dapat berakibat banjir lahar hujan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Devy juga mengimbau kepada warga di luar radius empat kilometer dari puncak Gunung Agung wajib menggunakan masker guna mencegah terpaparnya abu vulkanik terhirup ke saluran pernafasan.

"Dengan menggunakan masker dapat meminimalisir terhirupnya abu vulkanik yang dapat mengganggu kesehatan pernafasan," ujar Devy.

Hingga saat ini untuk status dan rekomendasi Gunung Agung masih masuk level tiga atau siaga dengan radius bahaya masih empat kilometer dari puncak Gunung Agung.

"Saat ini potensi erupsi dengan abu relatif masih ada dan penyebaran abu vulkanik ini tergantung dari arah dan kecepatan angin," kata Devy.

Ia menerangkan kondisi jalur magma Gunung Agung saat ini mengalami sistem terbuka, mengindikasikan magma bisa naik ke permukaan.

Namun bukan tidak mungkin jalur magma juga bisa tersumbat, karena suplai magma yang berkurang sehingga lava di permukaan kawah bisa mengeras.

"Saat mengeras itulah jika ada suplai magma dari bawah, maka bisa terjadi akumulasi suplai magma, namun tidak keluar secara langsung, karena lava bagian atas kawah mengeras," ujar Devy.

Untuk mengalami erupsi kembali jika lava kawah mengeras, maka perlu suplai magma lebih banyak dengan ditandai gempa vulkanik.

Namun gempa vulkanik yang terdeteksi saat ini belum terlalu dominan dan jumlahnya belum signifikan, sehingga pihaknya belum khawatir jika adanya potensi erupsi yang lebih besar.

"Jika nanti gempa vulkaniknya lebih signifikan, kami akan melakukan upaya pemodelan bahaya apabila perluasannya melebihi radius empat kilometer dari puncak Gunung Agung. Sehingga kami juga akan melakukan evaluasi status dan rekomendasi gunung ini," kata Devy.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER