Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Partai Gerindra
Prabowo Subianto membuka peluang untuk menggugat hasil pemilihan gubernur Jawa Tengah usai Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan hasil rekapitulasi dan mengumumkan paslon pemenang. Prabowo mengaku bakal mengumpulkan dan mengidentifikasi semua bukti kejanggalan selama pilkada.
Merujuk dari hasil hitung cepat atau
quick count mayoritas lembaga survei dan hitung riil atau
real count KPU hasil scan C1, pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin unggul perolehan suara atas pasangan yang diusung Gerindra, Sudirman Said-Ida Fauziah.
"Kami akan panggil tim legal kami. Kami akan pelajari semua bahan-bahan untuk kami menentukan langkah selanjutnya, apakah akan menggugat ke MK dan seterusnya," kata Prabowo di kediamannya, Jakarta, Jumat malam (6/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu indikasi kejanggalan, Prabowo mengklaim ada 3,7 juta nama dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang meragukan. Menurut Prabowo, jumlah tersebut sangat signifikan karena selisih perolehan suara Ganjar-Taj dan Sudirman-Ida juga sekitar 3 juta.
"Jadi, 3,7 juta dari 27 juta [pemilih]. Lebih dari 10 persen nama yang diragukan. Ini sangat mengkhawatirkan demokrasi," ujar Prabowo.
Mantan capres pada 2014 itu berjanji akan mempelajari segala indikasi kejanggalan yang ada. Bila perlu, Prabowo akan menggugat hasil pilkada Jateng ke MK jika Ganjar-Taj ditetapkan sebagai pemenang.
"Kita ingin menegakkan demokrasi," katanya.
Di tempat yang sama, Sudirman menambahkan indikasi kejanggalan yang telah diuraikan Prabowo. Selain jutaan nama dalam DPT yang meragukan, dia mengatakan aparat dan pengawas pemilu juga bertindak tidak adil.
Sudirman mengaku mendapat laporan di sejumlah daerah mengenai hal itu.
"Perlakuan aparat pengawas maupun keamanan kepada kita yang menunjukkan ketidakseimbangan," kata Sudirman.
Sudirman menilai KPU turut berperan dalam menambah indikasi kejanggalan Pilkada Jateng. Hal itu karena KPU dinilai gagal melakukan lelang alat peraga kampanye. Walhasil, alat peraga kampanye seperti spanduk, baliho, dan poster cenderung minim di masa kampanye.
Dia merasa dirugikan karena popularitasnya sebagai penantang lebih rendah dibanding Ganjar yang merupakan calon petahana.
Kemudian, Sudirman juga mengungkit dugaan politik uang di banyak daerah. Meski demikian Sudirman mengakui dugaan keganjilan ini cenderung sulit untuk dibuktikan pihaknya.
"Dugaan
money politic dimana-mana meskipun problematik karena tidak semua yang mengalami mau bersaksi," ucap Sudirman.
"Kalau memenuhi untuk menempuh jalur hukum ya kita tempuh," lanjutnya.
(wis)