Jakarta, CNN Indonesia -- Faktor agama dipercaya bakal mengiringi penyelenggaraan Pemilu 2019, khususnya Pilpres. Kandidat calon presiden dan penduduk muslim yang besar di Indonesia jadi penyebab 'jualan agama' akan tetap laris.
Survei dari KedaiKOPI menunjukkan bahwa dua kandidat capres, Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto punya kadar religiusitas yang masih rendah.
Survei tersebut mendapati karakter Jokowi sebagai capres masih jauh dari label religius. Dari 11 label yang dipakai, label agamis dalam diri Jokowi hanya mendapat skor 62,4 persen dari 1.137 responden. Karakter itu menjadi yang paling inferior dari karakter-karakter Jokowi yang lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal serupa terjadi pada Prabowo. Label agamis dari diri Prabowo dalam survei itu hanya mendapat skor 57,8 persen, paling bawah setelah label humorisnya. Persepsi itu berasal dari 1.096 responden survei yang mengenal Prabowo.
Hasil survei KedaiKOPI menggunakan kombinasi kuesioner dan wawancara tatap muka dengan metode sampel multistage random sampling yang dilakukan pada 3 Juli - 7 Juli 2018.
Total responden berjumlah 1.200 dengan margin of error sampling sekitar 2,89 persen dari 10 wilayah survei Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, dan semua provinsi di Jawa.
KedaiKOPI kerap membuat sejumlah survei berkenaan politik. Paling terbaru adalah persepsi publik soal religiusitas Jokowi dan Prabowo. Mereka juga rutin membuat survei soal tingkat elektabilitas tokoh politik sebagai capres.
Diyakini Tetap TerjadiKetua Bidang Dakwah dan Kajian Islalm Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Abrar Aziz mengamini temuan survei tersebut. Abrar menilai muslim di Indonesia masih sangat tertarik pada simbol saja. Ini menjadi penting bagi partai-partai politik yang ingin merebut hati pemilih.
"Maka saya yakin di pilkada kemarin terus pilpres besok dan momen-momen politik berikutnya hal-hal itu akan terjadi lagi," ujar Abrar.
Komandan Densus 99 Banser Nuruzzaman menilai agak berbeda pandangan.
Bekas kader Partai Gerindra itu merasa isu agama dalam pilpres tak terulang. Penyebabnya adalah sifat pilpres yang lebih nasional ketimbang pilkada.
"Kalau pilpres ini kan beragam ya, ada kota besar, ada kampung-kampung, ada provinsi yang muslimnya juga minoritas," ujar Nuruzzaman.
Meski demikian, ia tak menafikkan bahwa 'jualan agama' mungkin akan tetap terjadi di Pilpres besok. Hanya saja Nuruzzaman percaya kapasitasnya tak semasif sebelum-sebelumnya.
(osc)