Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Partai Gerindra
Prabowo Subianto menyinggung kenaikan
harga telur ayam yang mencapai Rp30 ribu per kilogram (kg) sejak Lebaran 2018.
Singgungan itu disampaikan Prabowo usai bertemu Ketua DPP PDI Perjuangan non-aktif Puan Maharani, Selasa (17/7).
"Bayangkan, harga telur tertinggi selama sejarah republik. Kenapa? Karena komponen impornya masih ada. Karena kita meninggalkan filosofinya pendiri bangsa kita," ujar Prabowo di kediamannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga telur ayam belakangan ini memang mendapat sorotan. Pantauan
Antara pada Selasa (10/7) pekan lalu, harga telur ayam di pasar tradisional sejumlah daerah, termasuk DKI Jakarta melonjak hingga mencapai angka Rp30 ribu per kg dari sebelumnya sebesar Rp24 ribu per kg.
"Sehabis Lebaran harga telur terus naik. Sekarang harganya Rp30 ribu per Kg," ujar seorang pedagang sembako Rizal di Pasar Palmerah, Jakarta, seperti dikutip
Antara.
Menurut Prabowo sistem ekonomi neoliberal Indonesia saat ini kurang baik karena masih banyak warga miskin. Terlebih, cara kerja pejabat yang menurutnya banyak bergaya 'asal bapak senang'.
"Bukan saya mengkritik atau menyalahkan siapa. Ini salah kita semua, kita lengah. Bangsa Indonesia terlalu baik. Kekayaan kita diambil, kita kok diam saja. Jadi itu intinya," ujarnya.
Prabowo berpendapat Indonesia tidak mengindahkan keinginan pendiri bangsa untuk melakukan swasembada pangan dan energi. Sebaliknya, Prabowo menyebut Indonesia terus melakukan impor.
"Kita kok merasa sok pintar dan anggap pendiri bangsa kita bodoh? Kita hanya mau manut sama bangsa asing," ujarnya.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia berkurang sekitar 630 ribu orang menjadi 25,95 juta orang pada Maret 2018 dari sebelumnya sebanyak 26,58 juta orang pada September 2017.
Meski angka kemiskinan menurun, tingkat ketimpangan di pedesaan meningkat. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan tingkat ketimpangan secara nasional turun tipis menjadi 0,389 dari sebelumnya 0,391.
Selain itu, tingkat kemiskinan juga turun hingga di bawah 10 persen atau tepatnya 9,82 persen per Maret 2018.
"Untuk pertama kalinya sejarah di Indonesia tingkat kemiskinannya di bawah 10 persen," kata Sri Mulyani.
(wis)