Jakarta, CNN Indonesia -- Tak cuma menggunakan waring, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengakui berupaya menekan bau
Kali Item, Kemayoran, Jakarta, dengan menambah alat aerator dan
nano bubble. Tujuannya, menambah kadar oksigen di sungai.
"Penyediaan
nano bubble ini bagus hasilnya, tapi sepertinya kurang unitnya. Nah ini yang perlu adanya penganggaran dan sebagainya kita akan maksimalkan ke depan," kata Sandi di Balai Kota Jakarta, Rabu (25/7).
Prinsip kerja aerator dan
nano bubble atau gelembung nano ini tak beda jauh dengan alat penghasil gelembung di dalam akuarium. Fungsinya sama-sama untuk memperkaya kandungan oksigen di air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Wakil Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Ali Maulana, penambahan kadar oksigen di Kali Item itu diperlukan karena pencemaran yang melebihi ambang batas.
Berdasarkan data yang diterima
CNNIndonesia.com, Kali Item tercemar pada kategori paling parah pada unsur Kebutuhan Oksigen Hayati (BOD), Kebutuhan Oksigen Kimia (COD), dan kadar bakteri.
 Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno saat mengunjungi proyek Jakarta International Stadium, Jakarta, Jumat, 13 Juli. ( CNN Indonesia/Safir Makki) |
Dari hasil uji yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup pada 4 Juli 2018, unsur-unsur tersebut melampaui baku mutu yang ditetapkan Peraturan Pemerintah 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Bahwa, BOD Kali Item mencapai 37,75 miligram per liter, dari yang seharusnya maksimal 12 miligram per liter, COD mencapai 297 miligram per liter, atau hampir tiga kali lipat dari yang ditentukan peraturan, yakni 100 miligram per liter.
Selain itu, kandungan bakteri Fecal Coliform mencapai 35 juta sel per 100 mililiter. Padahal, kandungan maksimal bakteri yang biasanya ada di kotoran hewan itu tak boleh lebih dari 2.000 setiap 100 mililiter.
"Secara kimia yang sudah melebihi baku mutu seperti COD, BOD, dan bakteri, indikasi organiknya tinggi sehingga dapat menimbulkan bau," kata Ali.
Secara sederhana, semakin tinggi kadar BOD dan COD maka semakin tinggi bakteri dan reaksi kimia menghabiskan oksigen di dalam air untuk mengurai limbah. Biota-biota di dalam air pun mati karenanya. Alhasil, bau busuk menguar dari air tersebut.
Terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pengendalian Pencemaran Air KLHK Budi Kurniawan menyarankan Pemprov DKI Jakarta menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan purifikasi sungai untuk mengatasi bau itu.
 Rangkaian waring yang menutupi Kali Item, di Jakarta. ( CNN Indonesia/Hesti Rika) |
"Kendalikan dengan pembangunan IPAL," katanya.
IPAL sendiri biasanya dibangun di tiap industri untuk mengolah limbah yang kemudian dibuang ke sungai atau saluran pembuangan lainnya.
Dengan pemasangan IPAL itu, lanjut Budi, industri, baik sekala kecil, menengah, dan besar, boleh saja membuang limbah ke sungai selama memenuhi baku mutu sesuai peraturan pemerintah.
"Kemudian, awasi industri di situ agar memenuhi perizinan dengan tidak boleh melewati baku mutu kalau membuang limbah ke kali," sambungnya.
Selain itu, Budi menyarankan perlu dilakukan purifikasi atau penjernihan di badan air demi mempercepat proses pemulihan kualitas air kali.
Tak ketinggalan, teknolgi penambahan oksigen terlarut dan bioremediasi atau pembersihan lingkungan yang tercemar polutan kimia dengan menggunakan mikroorganisme berupa bateri.
 Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memantau waring penutup Kali Item, di Kemayoran, Jakarta (21/7). ( CNNIndonesia/Hesti Rika Pratiwi) |
Pengkampanye Perkotaan dan Energi WALHI Dwi Sawung mengimbau agar Pemprov DKI membangun IPAL. Terlebih, musim kemarau menyebabkan debit air kali menyusut sementara limbah terus mencemari.
"[Pemprov DKI] harus bikin saluran air kotor. IPAL besar ataupun komunal. Selama 50 sampai 100 tahun lagi tetap saja Kali Item bau kalau nggak ada IPAL," kata Dwi.
Ali menimpali bahwa DLH DKI juga sedang berusaha mengelola limbah rumah tangga dengan IPAL bersama. Namun, itu tidak bisa diterapkan dalam waktu dekat dan hanya masuk rencana jangka panjang.
"Untuk jangka pendek, bisa kita tingkatkan kadar oksigennya dengan aerator dan
nano bubble," tutupnya.
(arh/sur)