DMI Temukan 6,89 Persen Materi Ceramah Ulama Berisi Kebencian

Ramadhan Rizki | CNN Indonesia
Jumat, 27 Jul 2018 16:33 WIB
Selain itu, Dewan Masjid Indonesia mengatakan terdapat 15,65% responden pernah menemukan materi ceramah yang mengarah ke politik praktis.
Ilustrasi masjid. (Foto: REUTERS/ Dinuka Liyanawatte)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dewan Masjid Indonesia (DMI) menemukan data yang menunjukan bahwa 6,98 persen materi ceramah yang disampaikan para ulama atau penceramah di masjid berisikan ajaran kebencian untuk memusuhi agama atau etnis tertentu.

"Ada 6,98% responden mengaku pernah menemukan materi ceramah yang berisi ajakan untuk memusuhi agama dan etnis tertentu," ujar Peneliti DMI dan Merial Institute Daniel Iskandar di kantor PP DMI, Jakarta, Jumat (27/7).

Survei itu dilakukan pada 17-21 Juli 2018 dengan membagikan kuesioner secara daring (google form) ke 888 responden yang berusia 16-30 tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Para responden itu berdomisili di 12 kota besar yaitu Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Makassar, Medan, dan Palembang.

Daniel mengatakan angka 6,98 persen itu masih tergolong kecil. Terlebih lagi, jemaat yang menyetujui materi ceramah tentang ajaran kebencian itu hanya sekitar dua persen.

Melalui data itu pula, ia mengatakan bahwa tak semua masjid di Indonesia menjadi sarang penyebaran radikalisme.

"Dan hanya 2,03% yang setuju dan banyak yang tak setuju dengan materi tersebut. Kekhawatiran berbagai pihak tentang masjid menjadi persemaian paham radikalisme juga tidak tampak," ujar Daniel.

Politik Praktis

Selain itu, Daniel juga mengatakan terdapat 15,65% responden pernah menemukan materi ceramah yang mengarah ke politik praktis.

Meski demikian, ia menilai hasil tersebut tak terlalu menghawatirkan karena hasilnya tidak terlalu signifikan.


Sebab, dari 15,65 persen responden 15,54 persen yang menyetujui materi ceramah berbau politik praktis tersebut. Sedangkan 84.4 persen sisanya tak menyetujui materi tersebut.

"Kekhawatiran masjid digunakan untuk tujuan politik praktis juga masih ada, namun tidak terlalu signifikan," ujarnya.

Di sisi lain, temuan yang menarik di survei DMI itu sebanyak 66,4 persen responden mengaku tak pernah datang beribadah di masjid setiap hari. Sedangkan sisanya sebesar 33,2 responden mengaku datang tiap hari ke masjid.


Selain itu, hanya 33,2 persen responden yang menganggap bahwa pengelolaan masjid di Indonesia saat ini telah mewakili aspirasi generasi muda.

Daniel menerangkan, hasil survei itu menunjukan generasi muda tampak lebih banyak beribadah di masjid. Namun mereka membutuhkan variasi kegiatan sosial dan ekonomi di masjid.

"Mereka berharap masjid dapat dimanfaatkan lebih dari sekadar tempat ibadah salat," pungkasnya. (asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER