Jakarta, CNN Indonesia -- Yusuf Supendi menjelang akhir hayatnya masih menyimpan ganjal dengan sejumlah elite Partai Keadilan Sejahtera. Dia tak terima dengan alasan pemecatan dari partai yang turut dia besarkan.
"Walaupun selesai di dunia, kalau di akhirat belum inkrah," kata Yusuf saat ditemui
CNNIndonesia.com di kediamannya, bilangan Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu (1/8).
Keputusan Yusuf berlabuh ke PDI Perjuangan membetot perhatian publik. Dia bahkan kaget ketika diberi tahu koleganya bahwa nama Yusuf Supendi jadi publik figur urutan ke-14 yang paling banyak dicari di internet setelah kedapatan hijrah ke PDIP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi Yusuf, berpolitik adalah suatu keniscayaan. Hijrah Yusuf ke PDIP bukan tanpa didasari perenungan. Pengusung gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin di Indonesia itu sudah sampai pada simpulan bahwa "partai sebatas wadah. Moral dan integritas sepenuhnya pada individu".
Ideologi politik Yusuf mulai dibentuk sejak berkuliah di Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud, Riyadh, pada 1979. Yusuf bersama alumnus Timur Tengah lainnya, Hilmi Aminudin dan Salim Segaf Al Jufri, melahirkan gerakan tarbiyah yang kelak berkembang menjadi Partai Keadilan pada 1998.
Seiring perjalanan, PKS merangkak ke papan tengah Pemilu 2004. Sistem kaderisasi dan mesin politik PKS jadi perhitungan. Militansi dan kepatuhan melekat sebagai citra kader partai Islam era reformasi itu.
Yusuf sampai tahap ini mulai dicap sebagai pengkritik partai. Selama menjabat Dewan Syariah PKS, Yusuf dikenal kerap mengungkap coreng di tubuh PKS.
Elite PKS era Luthfi Hasan Ishaaq dan Anis Matta sepakat memecat Yusuf dengan tudingan masalah etik: mengganggu istri orang dan menyelewengkan dana sumbangan.
Alasan pemecatan itu membuat Yusuf geram. Yusuf menggugat ke pengadilan, tapi dimentahkan hakim. Sejumlah elite dilaporkan ke aparat, tapi tak pernah diproses. Permintaan konfrontasi dengan elite PKS pun tak kunjung mendapat respons.
Pendiri Majelis Syuro Partai Keadilan itu belakangan membukukan kesaksian dalam
Yusuf Supendi Menggugat Elite PKS.
Lepas dari PKS, Yusuf berniat membuka lembaran politik baru dengan memberi warna di partai banteng bermoncong putih. Dia telah menyiapkan strategi menembus parlemen 2019 sebagai ajang pembuktian dan bentuk perlawanan politik.
Yusuf menyempatkan diri berbincang dengan reporter
CNNINdonesia.com Feri Agus Setyawan di kediamannya, Rabu (1/8), persis dua hari sebelum
Yusuf Supendi meninggal dunia.
Mengenakan sarung dan kemeja batik lengan pendek, wajah Yusuf tampak sedikit kusut. Beberapa kali di sela perbincangan, Yusuf meneguk air putih untuk meredakan batuk kering yang membuat suaranya terdengar serak dan kasar.
Apa yang mendasari Anda berlabuh ke PDIP?Berkecimpung dunia politik bukan hal baru bagi saya. Semasa kuliah, saya adalah ketua ikatan mahasiswa Asia Tenggara, Komisariat Riyadh Saudi Arabia. Berinteraksi dengan mahasiswa dari 104 negara. Dulu ketika ramai kasus Suriah, Afganistan, saya sebagai mahasiswa mau tidak mau memperhatikan itu.
Saya sebagai muslim berkewajiban peduli dengan politik. Imam Qurtubi telah menjelaskan firman Allah tentang menjadi Rabbani dalam surat Al Imran ayat 79. Bahwa di antara misi Rasulullah ke dunia adalah untuk mewujudkan hamba Allah yang mumpuni dalam ilmu pengetahuan dan menguasai perpolitikan, oleh karena itu politik suatu keniscayaan.
Partai politik yang ada saat ini adalah salah satu sarana, wasilah, untuk mencapai tujuan. Saya berprinsip demikian karena toh tidak ada salahnya menentukan sikap setelah konflik berkepanjangan antara saya dengan sejumlah elite PKS.
 Yusuf Supendi saat mendaftar sebagai Caleg PDIP ke KPU beberapa waktu lalu. (CNN Indonesia/Bimo Wiwoho) |
Dulu saya sempat ke Hanura. Saya nomor 1 caleg di Bogor. Setelah pencoblosan April 2014, kami (caleg) diperintah melaporkan biaya kampanye. Dulu biaya kampanye saya sedikit. Satu lembar pun tidak penuh. Sejak laporan itu diserahkan, saya tidak pernah dipanggil lagi.
Saya sekarang ke PDIP dengan berbagai pertimbangan, konsultasi dengan peneliti, pengacara, dan atas seizin orang tua. Kalau saya tidak diizinkan oleh ibu (94), saya berpikir panjang.
Pada dasarnya saya bergabung PDIP untuk memanfaatkan potensi politik. Saya adalah S1 dari Timur Tengah, kemudian punya potensi di masyarakat, membangun masjid, membangun sekolah, membangun pesantren, mengayomi yatim dan seterusnya, itu saya lakukan sejak mahasiswa. Dan ternyata ini basis sosial yang tidak bisa disia-siakan. Ini kita manfaatkan.
Berdasarkan riset Saiful Mujani, 70 persen pendukung PDIP adalah santri, 90 persen pendukung PDIP itu umat muslim. Sekarang bagaimana bisa ada dukungan 70 persen santri, 90 persen umat Islam, tapi PDIP dicap PKI? Ini kan tidak logis. Di sini lah ada hoaks, berita yang tidak benar itu perlu kita luruskan. Maka di antara tanggung jawab saya ini juga harus meluruskan persepsi-persepsi yang miring, yang tidak pantas itu.
Mengapa Anda merasa perlu meluruskan?Ada hal yang menarik. Pada 22 Juli 2018, saya bertemu teman-teman lama, alumni dari Madinah, dari Riyadh, bahkan alumni dari Madinah itu mantan rektor, dia hafal Alquran. Ketika mereka membaca di media saya masuk PDIP, saya bacakan satu ayat. Surat Annazi'at ayat 17. Musa diperintahkan oleh Allah SWT untuk pergi ke Firaun, dengan catatan harus diwaspadai bahwa Firaun itu Thaghut, orang durhaka.
Artinya kita mau ke mana pun harus punya kewaspadaan, kehati-hatian, siapa yang kita hadapi itu.
 Yusuf Supendi kerap terbatuk saat diwawancarai di rumahnya. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan) |
Minggu depan saya mestinya khutbah Jumat di sebuah masjid. Setelah saya konfirmasi ulang, jawaban DKM untuk sementara menunda khutbah Jumat karena DKM dan pengurus melihat Yusuf Supendi sudah masuk PDIP. Ini adalah konsekuensi.
Tapi seorang mahasiswa saya cukup kreatif menjawab kritik hijrah saya dengan melontarkan pertanyaan balasan, memang mana yang lebih baik: berdakwah di kandang banteng atau berdakwah di kandang sapi yang masuk Sukamiskin?
Apakah dengan pindah ke PDIP berarti Anda melepas ideologi yang sebelumnya Anda tanam di PKS? Apa visi berpolitik Anda saat ini?Rahasia di PKS itu yang disebut dengan SKS: sekali ketemu seminggu, sekali ketemu sebulan, sekali ketemu setahun. Oleh karena itu ini pribadi saya sebagai muslim yang punya bekal, mungkin yang saya katakan tadi memiliki imunitas seperti ikan itu. Masalah moral, integritas dalam kondisi apapun itu tidak akan berubah, begini saja. Maka moralitas saya, integritas saya tidak akan berubah, toh partai itu bukan segala-galanya.
Bagaimana awal mula kerenggangan Anda dengan PKS?Selama saya di DPR 2004-2009 boleh dibilang saya jauh lebih akrab dengan teman-teman non-PKS. Kenapa? Karena saya konflik dengan teman-teman PKS dari 29 Juni 2004, jauh sebelum masuk DPR Oktober 2004.
Sampai suatu ketika ada seorang caleg wanita bicara dengan sesama PKS kena tegur. Dikatakannya bicara apa dengan Ustaz Yusuf, kemudian ketemu saya nangis-nangis. 'Kok, kenapa begitu? Kan Ustaz Yusuf, ustaz saya. Kita juga sama-sama di DPR RI. Kenapa saya ngobrol sama ustaz dipertanyakan?'
Lebih jauh saya dapat edaran larangan interaksi dengan Yusuf Supendi. Barang siapa interaksi dengan Yusuf Supendi akan diberikan sanksi yang berat. Kemudian dilarang juga menerima pemikiran Yusuf Supendi dalam bentuk apapun. Atas dasar itu lah mereka menjaga jarak dengan saya.
 Pendiri PKS Hilmi Aminuddin. (Dok. Humas Partai PKS) |
Bagaimana soal penggelapan uang PKS?Ada yang menuding Yusuf Supendi dipecat karena selingkuh, Yusuf Supendi karena menerima aliran dana dari Adang Daradjatun. Padahal saya yang mengkritisi itu. Maka saya melaporkan bahwa uang Adang Daradjatun yang diserahkan ke PKS itu jumlahnya Rp40 miliar (untuk Pilgub DKI 2007), satu koper dibawa Anies Matta.
Kemudian saya panggil ke rumah, saya tanyakan bagaimana kalau orang itu mengambil uang Rp10 miliar kemudian diinvestigasi oleh Dewan Syariah, uang itu akhirnya dikembalikan? Kata dia hukum tetap berjalan, itu namanya penggelapan.
Oleh karena itu ketika saya laporkan Anis Matta ke KPK, kan bukan korupsi tapi penggelapan. Kok tiba-tiba saya yang menerima aliran dari Adang Dorojatun? Ini kan fakta. Laporan saya ke KPK sudah diterima. Namun pasal penggelapan, tapi sampai saat ini belum berlanjut.
Bagaimana hubungan Anda dengan Hilmi Aminudin dan Salim Segaf Al Jufri?Ada yang mengatakan ada dua gajah besar di PKS, satu yang bernama Hilmi Aminudin, yang kedua Yusuf Supendi. Boleh ditanya ke Untung Wahono, pernah jadi Ketua MPP, dia katakan jika dua gajah ini akur, PKS solid. Jika dua gajah itu ngadu, hancurlah PKS.
Saya dengan tim advokat menyerahkan PK, peninjauan kembali perkara yang perbuatan melawan hukum elite PKS itu, 28 Juni 2018 telah diterima oleh pengadilan negeri Jakarta selatan untuk diteruskan ke MA. Saya membuat memori prinsipal jumlahnya 104 halaman. Judulnya saya tulis, 'Doktor Salim Segaf Al Jufri Ketua Dewan Syariah 2000-2004 Diduga Sesat dan Menyesatkan'. Itu.
Saya katakan, saya tidak ada urusan dengan Hilmi Aminudin, apakah dia masuk neraka atau surga, saya tidak ada urusannya. Yang saya khawatir Salim Segaf Al Jufri masuk ke surga, tapi transit dulu ke neraka.
 Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri. (CNN Indonesia/Gloria Safira Taylor) |
Ini PK soal apa?Soal pemecatan. Pemecatan itu ditandatanganii oleh Luthfi Hasan Ishaaq dan Anis Matta, 29 Oktober 2009, dua hari sebelum masa habis saya di DPR. SK pemecatan itu baru dipublikasikan 13 bulan kemudian. Sampai saat ini saya belum menerima salinan asli SK pemecatan.
Karena tidak prosedural itu lah saya gugat ke pengadilan Jakarta Selatan berkepanjangan. Banding, kasasi, sekarang PK.
Sampai sekarang tidak ada komunikasi dengan Hilmi, Salim?Tidak pernah. Setelah dipecat ada komunikasi sebentar. Namun kemudian saya dikecewakan setelah dijanjikan tiga kali bertemu Hilmi di Lembang, upaya pertemuan dibatalkankan melalui orang lain. Itu lah kemarahan saya. Dia minta urusan bertemu langsung, tapi membatalkan melalui orang bernama Syamsul.
Saya marah besar. Maka pada saat itu, dan sampai saat ini, saya bilang tak akan ke Lembang. Kalau Hilmi punya itikad baik, silakan datang ke sini.
Kenapa saya katakan Salim itu diduga sesat dan menyesatkan, akibat kesalahan Salim itu jadi prahara. Di antara prahara itu berapa banyak orang memfitnah saya, pengganggu istri orang sampai dipecat. Mengatakan Yusuf Supendi itu menggelapkan uang yatim, namanya prahara. Itu semua sumbernya dari Salim Segaf Al Jufri. Makanya saya marah betul sama Salim Segaf itu, karena sumbernya dia.
Ini ada istilah samina waatokna di PKS, apa maksudnya itu?Wallahualam yah, apakah berlebihan ataupun tidak. Yang saya amati bahwa di PKS itu ada dua: yang pertama taat syariah, yang kedua taat yang disebut dengan arkanul baiat, rukun janji setia.
Yang saya cermati nampaknya di dalam partai ini lebih akurat dengan berpegang teguh pada rukun baiat ketimbang rukun Islam itu sendiri.
Sebagai contoh, Fahri Hamzah dipecat karena urusan rukun baiat, masalah taatnya, Karena pelanggaran agama tidak ada. Itu yang saya cermati.
Kemudian yang kita lihat Lutfi Hasan itu kan pelanggaran syariat. Tapi suap menyuap melanggar syariat tidak dipecat. Berarti lebih sakral dalam aspek rukun baiat ketimbang dalam segi syariat.
 Mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq (CNN Indonesia/ Gilang Fauzi) |
Umpamanya kita lihat juga Gatot Pujo NUgroho, sepengetahuan saya Gatot Pujo Nugroho masih sebagai kader dia sudah melanggar tiga pelanggaran, diproses hukumnya tiga kasus (korupsi) kan, tapi kan tidak dipecat juga.
Kemudian ada lagi yang menikah tanpa wali yang sah, kan ini pelanggaran syariat tapi tidak dipecat juga. Maka yang saya pahami itu, nampaknya mencuri, merampok, selama taat pada rukun baiat, ya aman aman saja. Tapi jangan sekali-kali melanggar rukun baiat ini, ini fakta.
Faktanya begitu, yang paling jelas itu Lutfi Hasan Isqaq. Kenapa yang melanggar syariat sudah divonis oleh KPK, 16 tahun, kemudian kasasi 18 tahun kok gak dipecat pecat juga?
Apakah Anda percaya ada operasi intelijen yang meretakkan internal PKS?Betul ada yang mengatakan rusaknya PKS itu antara lain masuknya intelijen ke PKS. Saya bilang tidak. Saya bilang sama sekali PKS itu tidak dirusak oleh orang luar, tapi dirusak oleh dirinya sendiri.
Faktanya begitu. Kasus suap, kasus korupsi, kasus terima duit dari orang lain karena faktor mahar, itu yang bikin rusak. Saya tidak setuju hancurnya PKS itu karena ada intervensi intelijen. Saya mencermati, PKS bisa hilang pada 2024, namun ada seorang kader menyampaikan pada sahabat saya, dia katakan PKS itu akan habis pada 2019. Dengan terjadi perpecahan.
 Mantan Presiden PKS Anis Matta. (CNN Indonesia/Martahan Sohuturon) |
Saya memang tidak terlibat dengan PKS, namun saya dengar di antaranya dalam sebuah seminar pada 29 juli 2018, ada seorang anggota DPRD DKI menceritakan kepada saya, bahwa anggota DPRD DKI Jakarta PKS ada 11 orang, namun dicoret 7 orang, dicoret tidak dicalonkan lagi untuk DPRD selanjutnya.
Bahkan berkembang juga, tadi ada yang telepon saya terjadi salah coret. Yang semestinya tidak dicoret, dicoret, maka ribut lah antara coret mencoret itu. Saya pikir tambah hari tambah radikal juga ini.
Saya yakin tidak ada operasi intelijen di dalam, ini rusak dengan sendirinya. Oleh karena itu saya berulang mengatakan, dalam bahasa arab dikatakan kemungkaran kezaliman itu tak ubahnya seperti bangkai ayam dengan belatung.
Bangkai ayam jika dibiarkan akan habis dimakan belatung, kemudian belatung dengan sendirinya akan hilang.
Mengapa pergantian Ketua Majelis Syuro dari Hilmi ke Salim Segaf dianggap sebagai momentum keretakan di PKS?Saya mendapatkan informasi yang cukup akurat bahwa pada dasarnya musyawarah 9 Agustus 2015 itu terjadi di luar rencana dan rekayasa. Hilmi saat itu masih ambisi menjadi ketua Majelis Syuro juga, tapi ternyata di luar dugaan yang terpilih Salim Segaf Al Jufri.
Salim Segaf saat itu, ini menurut informasi, mau menjadi Ketua Majelis Syuro asal minta Suharna (Surapranata) menjadi Ketua MPP. Suharna ini mantan Menristek (era SBY).
Ketika menjadi ketua MPP, Suharna juga usulkan supaya ada pergantian presiden PKS, pada saat itu presiden PKS Anis Matta. Maka terjadi perdebatan yang cukup panjang dari siang sampai sore. Kalau yang Suharna dan Surahman nampaknya tidak alot, tetapi ketika pergantian Anis Matta ke Sohibul Iman cukup alot. Sohibul Iman yang saya pahami adalah orangnya Suharna.
 Presiden PKS Sohibul Iman. (Foto: Dok. Istimewa) |
Anis Matta tak disukai oleh kelompok Salim?Sohibul Iman itu orangnya Suharna, karena Suharna kan waktu itu lama di Jepang, kemudian Sohibul Iman S2, S3-nya di Jepang. Boleh dikatakan Sohibul anak buahnya Suharna. Kalau dengan, mungkin Anis Matta sekarang ini, dia kan mantan sekjen beberapa periode, kemudian jadi presiden, sekarang tenggelam.
Di sini lah kekurangan atau
ketidaklegowoan kedua belah pihak itu. Minimal terjadi kompromi lah antara dua kelompok itu, sekarang kan tidak terjadi kompromi, main pecat pecat, main coret. Jadi tambah ribet kan.
Mungkin saja yang dicoret kubunya Anis Matta itu. Dia karena dicoret tambah protes. Yang tadinya itu tidak protes karena dicoret jadi ikut protes, jadi tambah mendalam, tambah kacau. Kalau organisasi dasarnya karena suka atau tidak suka, pasti rusak.
Sepengetahuan Anda PKS terbelah menjadi berapa kubu?Dulu saya punya istilah dua kubu, kubu muda dan kubu tua.
Kubu muda itu menjadi kuat karena dua hal, yang pertama didukung oleh yang paling tua, yang kedua memanfatkan struktural. Jadi kalau kita (peta) konflikan itu, sebenarnya kubu tua itu 70 persen, ketika keretakan awal, 20 persen anak muda. Namun 20 persen itu didukung oleh orang tua, Hilmi Aminudin itu, kemudian memanfaatkan struktural. Itu yang membikin kubu muda eksis, kuat.
 Elite PKS kepengurusan saat ini. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso) |
Anis Matta orangnya Hilmi Aminudin?Yang saya pahami ada tiga lapis, Hilmi (paling atas), kemudian bawahnya Lutfi Hasan sama Anies Matta, baru bawahnya lagi Fahri Hamzah, kemudian Mahfud Sidiq, itu satu gerbong.
Salim dan Sohibul?Itu termasuk ke grup yang tua itu. Suharna itu.
Anda di mana posisinya?Saya berada di (kubu) yang tua itu.
Jadi Anda dipecat kubu muda?Ya, kubu muda. Walaupun SK pemecatan itu tidak saya terima sampai saat ini. Saya tidak pernah melihat tanda tangan Lutfi dan Anis Matta. Namun saya memahami anggaran dasar PKS.
Jadi Anda menganggap urusan Anda dengan Hilmi dan Salim belum selesai?Belum selesai. Walaupun selesai di dunia, di akhirat belum selesai. Proses pengadilan itu urusan dunia. Tetapi akhirat belum selesai.
Itulah saya kasih isyarat. Mudah-mudahan mereka punya hati nurani. Pernyataan saya ini keras. Urusan pengadilan, urusan dunia. Akhirat belum inkrah.
(gil)