Jakarta, CNN Indonesia -- Politikus Partai Keadilan Sejahtera Fahri Hamzah kembali berkicau soal perseteruannya dengan sejumlah petinggi partainya termasuk Presiden PKS Sohibul Iman. Dalam kicauan di akun twitternya, Fahri menyebut status tersangka untuk Sohibul Iman tinggal menunggu waktu.
"Tapi, saya terus dibusukkan di dalam partai. Dan puncaknya ketika secara terbuka saya dikatakan bohong dan membangkang. Saya akhirnya melaporkan ini semua ke kepolisian dan kini tersangka tinggal diumumkan. Partai ini menanggung beban. #SejarahIslah," tulis Fahri.
Perseteruan Fahri dan partainya bermula dari kebijakan sepihak elite PKS memecat Fahri Hamzah, pada Maret 2016 silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemecatan itu berbuntut perlawanan dari Fahri. Wakil Ketua DPR ini melayangkan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan berhasil memenangkannya.
Di akun twitternya Fahri mengatakan melawan kebijakan sepihak partai karena proses pemecatan, menurut Fahri, menyalahi prosedur hukum dan organisasi.
"... Saya dipanggil oleh Badan Penegak Disiplin Organisasi (BPDO) atas kesalahan yang saya tidak mengerti sampai sekarang. Dan saya telah mengupayakan Islah kepada BPDO dengan bersurat dan bertanya'Ini ada masalah apa? Siapa yang melapor? Apa bukti pelanggaran?".
"Sampai sekarang BPDO menolak memberikan kepada saya satu pun dokumen yang saya minta; Siapa yang melapor? Ini soal apa? Apa buktinya? Aturan apa yang dipakai? Dll. Itu terjadi dan dilakukan oleh semua lembaga penghukuman saya sampai pemecatan. Ini peradilan nyaris tanpa kertas," ujar Fahri melanjutkan.
Fahri juga mengungkap ada upaya islah dari elite PKS. Itu terjadi dua pekan sebelum putusan PN Jakarta Selatan.
Kata Fahri, saat itu Bendahara Umum DPP PKS Mahfud Abdurrahman datang kepada dirinya membawa pesan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri. Inti pesannya adalah ajakan untuk menerima apapun putusan PN Jaksel tanpa memperpanjang perkara.
"Kalau DPP menang terima saja dan sebaliknya DPP akan terima," kata Fahri mengungkap sebagian isi pesan tersebut.
Fahri mengaku menerima klausul tersebut. Tetapi, Fahri melanjutkan, PKS justru tak memenuhi komitmennya.
"Pada hari PN mengumumkan kemenangan saya atas tergugat, DPP PKS pada hari itu juga mengajukan banding tanpa meralat kesepakatan yang telah dibuat, tanpa pemberitahuan," ujarnya.
Proses hukum pun berlanjut. Fahri juga mengambil langkah melawan banding di Pengadilan Tinggi Jakarta. Dalam prosesnya, sengketa ini meluas hingga melibatkan perkara personal antara Fahri dan Sohibul.
Fahri melaporkan Sohibul ke polisi pada Maret lalu atas tuduhan pencemaran nama baik. Laporan Fahri itu berdasarkan bukti rekaman wawancara Sohibul di CNN Indonesia TV. Fahri mengatakan dalam wawancara itu Sohibul menyebut dirinya telah berbohong dan membangkang.
Dalam prosesnya, Fahri sempat mencabut laporannya terhadap Sohibul. Fahri mengungkapkan di akun twitternya bahwa hal itu dipicu oleh kedatangan Salim Segaf ke kediaman Anis Matta, mantan Presiden PKS.
Salim meminta kepada Anis agar sebelum puasa ada islah antara Fahri dan Sohibul.
"... Saya menghargainya. Saya telah mencabut semua laporan pidana saya dan hanya berharap sebagaimana dijanjikan bahwa kita akan duduk bersama di depan kader di awal Ramadan," kicau Fahri.
Di tengah jalan, Fahri berbalik sikap dengan membatalkan rencananya mencabut laporan terhadap Sohibul. Hal itu dikatakan Fahri karena sikap mendua pimpinan PKS.
"Mereka tuntut saya harus minta maaf dan semuanya harus mulai dari awal. Aneh tapi nyata, Islah yang dijanjikan tak pernah terjadi. Ramadhan berlalu," kicau Fahri.
Kini, proses hukum terhadap Sohibul pun berlanjut. Fahri bilang status tersangka tinggal menunggu waktu. Sementara terkait kasus pemecatannya, Fahri kembali menang atas kasasi yang diajukan PKS ke Mahkamah Agung. Kini, satu-satunya yang bisa diupayakan PKS dalam kasus ini adalah dengan mengajukan peninjauan kembali.
"Rasanya, sekarang sudah terlambat. Karena permainan merusak partai oleh mereka sudah terlalu jauh. Entahlah. Saya merasa kita harus selamatkan partai ini. Kasihan teman-teman kita yang masih mau bekerja. Selain yang sudah mundur secara sukarela. Tapi cinta masih lekat. Bismillah," tulis Fahri menutup kicaunya.
(wis/gil)