Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian menyebut satu taman yang menjadi tempat pertemuan serta perkumpulan pria hidung belang yang menjadi pengguna jasa praktik
prostitusi di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan.
Taman itu ditemukan setelah polisi menangkap tiga pelaku prostitusi, yaitu SBR alias Obay, TM alias Oncom dan RMV. Mereka pun mempekerjakan lima anak di bawah umur dan 10 perempuan dewasa dalam praktik tersebut.
Kepala Subdirektortat Remaja Anak dan Wanita Ditreskrimum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Azhar Nugroho mengatakan taman yang dikenal dengan nama Taman Tower Flamboyan Kalibata City tersebut sering disambangi para pria tersebut. Taman itu pun sudah dikenal di kalangan pengguna jasa praktik prostitusi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya sudah terkenal untuk transaksi, baru ke kamar," ujarnya di Mapolda Metro Jaya, Rabu (8/8).
Azhar mengatakan pelanggan tidak langsung berkumpul di taman itu untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Mereka biasanya akan berkomunikasi melalui aplikasi pesan singkat dengan muncikari.
Setelah ada kata sepakat melalui pesan singkat, pertemuan pun akan dilakukan di taman tersebut.
"Mereka ini kan komunikasi melalui aplikasi jadi dari omong ke omong, di Kalibata itu bisalah. Jadi pelanggan itu, hidung belangnya kumpul di taman nanti ada germonya
nyamperin dan memberikan aplikasi Beetalk atau We Chat, setelah itu masuklah ke grup," tuturnya.
Perekrutan anak-anak untuk dijadikan pramuria itu pun, kata Azhar, dilakukan secara acak oleh para muncikari. Tak sedikit juga anak-anak yang putus sekolah.
Pengelola BandelPengungkapan prostitusi di Apartemen Kalibata City tercatat sudah lima kali dilakukan oleh Polda Metro Jaya. Namun hingga kini pengelola justru enggan berkoordinasi dengan Dinas Sosial DKI Jakarta terkait maraknya prostitusi di tempat tersebut.
Padahal, kata Azhar, dia sudah mengingatkan hal tersebut kepada pengelola apartemen.
"Sudah (diingatkan), tapi kayaknya bandel dia enggak mau koordinasi dengan Dinsos," tuturnya.
Azhar mengatakan pengelola apartemen pun cenderung tertutup. Padahal sudah banyak keluhan dari para penghuni karena maraknya prostitusi.
"Sebenarnya pengelola ini kan enggak mau terbuka juga, setelah banyaknya masyarakat yang komplain dari dinas terkait enggak mempan, barulah bikin laporan (polisi). Kan di dalam apartemen itu kan ada anak takutnya terpengaruh," ucapnya.
(pmg/sur)