Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Dewan Penasihat
Persaudaraan Alumni (PA) 212 Eggi Sudjana membantah ada partai politik yang menyokong dana untuk Ijtimak Ulama terkait menentukan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres)
pilpres 2019.
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu bahkan menegaskan banyak partai politik yang justru tidak terima terhadap ijtimak ulama itu yang merekomendasikan Salim Segaf Al Jufri dan Abdul Somad sebagai cawapres untuk Prabowo Subianto.
"Enggak benar. Malah yang benar itu parpol gondok seperti didikte ulama. Terutama apa yang dinyatakan oleh Fatwa Habib Rizieq Shihab untuk pilih dua orang itu (Salim Segaf, Abdul Somad)," kata Eggi di Jakarta, Rabu (8/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena itu, Eggi mengklaim para parpol pun mempertimbangkan dengan matang keputusan Ijtimak Ulama yang ia anggap sangat berpengaruh dengan keputusan politik.
"Sampai hari ini Ijtimak Ulama kita sangat berpengaruh," terang dia.
Eggi pun mengkritik barisan ulama yang mendukung capres petahana Joko Widodo. Pasalnya menurut Eggi, ulama tersebut tidak pernah mengoreksi ataupun mengkritik rezim Jokowi yang menurutnya memusuhi umat Islam.
"Carilah ulama yang dianggap tidak benar oleh pihak asing dan dianggap zalim. Kalau yang ke Jokowi enggak pernah kritik jokowi. Tinggal rakyat milih ikutin ulama yang mana," kata dia.
Sebelumnya, Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi Masduki Baidlowi menduga agenda ijtimak (pertemuan) ulama yang diselenggarakan oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPFU) disponsori oleh partai politik.
"Saya kira itu bukan [forum] ijtimak ulama, karena itu disponsori oleh parpol," kata Masduki saat menjadi pembicara di acara diskusi yang diselenggarakan oleh Wahid Foundation pada Rabu (8/8).
Tak hanya itu, kecaman juga datang dari juru bicara Presidium 212 Aminudin yang menyayangkan hasil Itjimak Ulama yang tidak berpihak kepada rekomendasi yang dtawarkan pihaknya. Padahal menurutnya ulama yang merekomendasikan berada pada posisi yang sama.
"Saya agak kecewa hasil Itjimak Ulama Peninsula," kata Aminudin.
Pada Maret 2018, PA 212 merekomendasikan Capres Cawapres seperti Yusril Ihza Mahendra, Anies Baswedan, Tuanku Guru Bajang, Prabowo dan Ahmad Heryawan. Tapi nama tersebut tidak masuk dalam rekomendasi Itjimak Ulama.
"Jadi GNPF Ulama itu titipan siapa. Karena dari awal sudah tidak singkron. Ulamanya itu-itu juga tapi memutuskan hal lain," tutup dia
Sementara hasil forum Itjimak Ulama Penisula merekomendasikan Prabowo Subianto sebagai capres dan Salim Segaf Al Jufri atau Abdul Somad sebagai cawapres di pilpres 2019.
Munculkan Wacana Ulama Versus MunafikLebih lanjut, Eggi juga mengingatkan jika Jokowi adalah sosok pribadi yang munafik. Menurut dia, Presiden Jokowi banyak bohong soal janji dan penjualan perusahaan pelat merah.
"Kita harus katakan bahwa Jokowi munafik, kalau ngomong bohong, ingkar karena 63 janji yang enggak jalan," kata Eggi di Jakarta, Rabu (8/8).
 Eggi menuding Presiden Jokowi ingkari puluhan janji. (CNN Indonesia/Christie Stefanie) |
Eggi mengatakan Jokowi ingkar janji dan pembohong lantaran membeli PT Freeport Indonesia padahal masa perjanjian dengan Amerika sudah mau habis. Dia juga mengkritik soal saham Indosat yang sempat dijual dengan harga murah.
Tak hanya itu, Eggi pun mengancam bakal mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengulik kembali kasus Indosat. Dia berencana melaporkan Jokowi dan Jaksa yang menangani kasus tersebut.
"KPK harus tangkap Jokowi dan Jaksa Agung. Kerugian Indosat itu Rp1,3 trilun pas inkrah," tegas dia.
Untuk itu, Eggi menceritakan perlunya memunculkan kembali politik identitas jelang pemilihan presiden tahun depan. Sewaktu Pilkada DKI, Eggi mengatakan jika kekuasaan Islam mampu mengalahkan petahana yakni Basuki Tjahja Purnama (Ahok) yang dianggap kafir.
Saat itu, Eggi mengatakan isu ulama
versus kafir bisa menghasilkan kemenangan bagi Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
"Sekarang susah karena semua muslim. Diciptakan lah satu hal yakni ulama
versus munafik," tutup dia.
(dal/sur)