Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Gerindra masih membuka pintu kepada Partai Demokrat untuk bergabung dalam koalisi yang mengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai calon presiden dan wakil presiden. Prabowo-Sandiaga sementara ini diusung oleh Gerindra, PKS, dan PAN.
"Kami tetap terbuka, sangat terbuka. Kami sangat terbuka jika mereka (Demokrat) ingin bergabung," kata Ketua DPP Gerindra Habiburokhman kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (10/8).
Saat Prabowo mengumumkan Sandiaga sebagai calon wakil presiden, sejumlah petinggi partai pengusung turut hadir. Mereka di antaranya Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri, Presiden PKS Sohibul Iman, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan sejumlah pejabat teras lainnya.
Habiburokhman mengatakan pihaknya tetap menghormati Demokrat, Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), serta putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Menurutnya, kesalahpahaman dalam komunikasi membangun sebuah koalisi merupakan hal yang wajar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada akhirnya, kami tetap menghormati partai Demokrat, kami hormati Pak SBY, kami hormati AHY," ujarnya.
Menurut Habiburokhman, saat ini pihaknya memiliki tugas besar yaitu memenangkan Prabowo-Sandiaga melawan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Ia menyebut kemenangan Prabowo-Sandiaga untuk mewujudkan perubahan bagi bangsa dan negara.
"Kami sekarang memiliki tugas besar, yaitu memenangkan Pak Prabowo dan Pak Sandi Uno di Pilpres ini, demi mewujudkan perubahan yang membawa kebaikan bagi bangsa kita," tuturnya.
 Prabowo dan SBY sempat bersepakat menjalin kerja sama politik. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Tudingan Andi Arief
Habiburokhman menganggap tudingan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief, yang menyebut Prabowo Subianto mengkhianati komitmen koalisi adalah bentuk kekecewaan AHY tak dipilih sebagai bakal calon wakil presiden.
"Sekarang gampang saja menebak isi kepala Pak Andi. Saya menduga, hanya kecewa (AHY tak dipilih)," kata Habiburokhman.
"Jadi kalau kami tidak mengusung AHY sebagai cawapres jangan dibilang sebagai pengkhianat," ujarnya.
Habiburokhman tak mengetahui maksud pernyataan Andi Arief yang menyebut Prabowo mengkhianati komitmen koalisi. Pasalnya sejak awal tak ada kesepakatan antara Gerindra dan Demokrat untuk memilih AHY sebagai bakal calon wakil presiden mendampingi Prabowo.
"Yang jelas kami tidak pernah bersepakat untuk mengusung AHY sebagai cawapres. Kami enggak pernah menjanjikan, dan lain sebagainya" kata dia.
Andi Arief menyebut Prabowo telah mengkhianati komitmen koalisi dengan cara memilih Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden di Pilpres 2019. Namun Andi menyebut Demokrat dapat memahami sikap khianat Prabowo tersebut.
"Prabowo terpaksa mengkhianati komitmen untuk menang seperti saat pertama kali bertemu Demokrat sebulan lalu. Partai Demokrat. Sayangnya alasan pengkhianatan yang menyangkut persoalan hidupnya itu dikemukakan jelang akhir pendaftaran. Ini soal aib yang tak perlu kami jelaskan," kicau Andi di akun twitternya @AndiArief__.
Prabowo akhirnya menunjuk Sandiaga sebagai calon wakil presiden setelah melakukan pembahasan bersama PKS dan PAN. Mantan Danjen Kopassus itu melakukan beberapa pertemuan dengan petinggi partai, termasuk SBY sebelum memilih Sandiaga sebagai pendampingnya.
(gil)