Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Partai Gerindra
Prabowo Subianto resmi menjadi bakal calon presiden didampingi
Sandiaga Salahuddin Uno. Keduanya telah didaftarkan oleh partai Gerindra, Demokrat, PKS, dan PAN ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Jumat (10/8).
Sebetulnya, kepastian Prabowo bakal berkontestasi di Pilpres 2019 bukan lagi suatu kejutan. Sejak jauh hari Prabowo telah menunjukkan iktikadnya untuk menjadi calon presiden. Meski begitu, ada pemandangan menarik, yakni ketika pensiunan TNI berpangkat Letnan Jenderal Purnawirawan itu mendatangi kantor KPU diiringi marching band.
Prabowo mulanya melaksanakan ibadah salat Jumat terlebih dahulu di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta. Usai salat Jumat, Prabowo menaiki mobil pribadinya. Mobil Prabowo diiringi alunan shalawat serta musik rebana ketika mulai meninggalkan Masjid Sunda Kelapa. Pemandangan tersebut nampak biasa-biasa saja, karena jumlah pengiring yang tidak terlalu banyak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di persimpangan Taman Surapati, barulah terlihat wujud pengiring Prabowo menuju kantor KPU yang sungguh menyita perhatian. Di persimpangan itu telah menunggu puluhan anggota marching band yang berbaris dengan luar biasa rapi. Mereka mengenakan seragam serba merah dan putih. Lengkap dengan alat musiknya masing-masing, diantaranya drum dan terompet.
Alunan musik ala parade mulai dimainkan para anggota
marching band saat mobil putih Prabowo muncul di tikungan. Setiap nada dari aluanan irama yang mereka mainkan menggema dengan lantang ke udara . Sangat rapi dan harmonis hingga tidak terdengar ada satu kesalahan atau nada sumbang.
Mereka lalu berjalan membuntuti mobil Prabowo yang berjalan pelan menuju kantor KPU. Musik terus dimainkan dan langkah kaki berderap maju begitu rapi. Barisan tetap utuh meski mereka memainkan musik seraya melangkah.
Marching band dengan barisan rapi, seragam apik, dibarengi alunan nada yang kerap menghentak tersebut ternyata mengandung makna tertentu.
Sejarawan Universitas Padjadjaran Widyonugrahanto menduga Prabowo berupaya menunjukkan bahwa dirinya tengah berjalan menuju medan perang. Dengan kata lain, Anto menganggap Prabowo, yang mantan tentara, memposisikan Pilpres 2019 sebagai medan tempur jika menilik pengiringnya menuju KPU.
"Militer kalau mau maju perang juga pakai drum band begitu. Bisa jadi demikian," ucap Anto saat dihubungi Jumat (10/8).
 Foto: CNN Indonesia/Hesti Rika |
Dosen pengajar hubungan sipil militer di program studi Ilmu Sejarah Unpad itu mengatakan bahwa dugaannya bisa saja salah. Mungkin, menurutnya, marching band hanya sebatas untuk meramaikan suasana.
Meski begitu, tetap saja, Prabowo adalah alumni tentara. Lazim jika Prabowo memilih
marching band karena identik dengan militer. Sesuai dengan latar belakang Prabowo yang merupakan perwira tinggi TNI AD.
"Yang jelas setiap ketentaraan selalu punya drum atau marching band. Jadi sepertinya drum band itu salah satu kebiasaan dalam militer," ujar Anto.
Peneliti politik dan militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan hal yang tidak berbeda jauh dengan Anto.
Khairul menduga Prabowo memang memposisikan Pilpres 2019 sebagai medan perang, sehingga perlu ada
marching band saat mendaftar ke KPU.
"Menyampaikan pesan ke publik bahwa dia siap dan sekaligus menguatkan mental dirinya dan para pendukung," ujar Khairul.
Khairul lantas menjelaskan bahwa
marching band dengan penampilan rapi serta aksi yang harmonis memang identik dengan militer sejak dulu.
Marching band mulai akrab di Eropa saat sebagian besar negara di benua tersebut masih mengadopsi sistem monarki atau kerajaan.
Marching band ditampilkan di acara kerajaan yang bersifat seremonial.
"Mengiringi prajurit ke medan perang adalah salah satu seremonial," ujar Khairul.
"Mereka butuh itu untuk menampakkan spirit menang dengan kerapian, keteraturan derap langkah yang diiringi musik," lanjutnya.
 Foto: CNN Indonesia/Safir Makki |
Seirama berjalannya laju peradaban, budaya
marching band tidak musnah ditelan waktu. Alih-alih hilang ditimpa budaya baru,
marching band justru termodifikasi. Khairul mengatakan bahwa bentuk
marching band semakin modern saat Prancis dipimpin oleh Kaisar Napoleon Bonaparte. Menurutnya, Napoleon kerap menampilkan
marching band untuk mengiringi pasukannya ke medan tempur.
Diketahui, kaisar yang berlatar belakang militer tersebut memang gemar berperang. Dalam riwayat memimpin Prancis, Napoleon kerap menganeksasi negara-negara Eropa, bahkan hingga ke tanah merah Rusia meski akhirnya gagal. Napoleon lalu kehilangan kursi kaisar usai takluk di pertempuran di Waterloo atas pasukan gabungan Inggris, Rusia dan beberapa negara Eropa lainnya.
"
Marching band menemukan bentuk modernnya terutama di masa Napoleon. Banyak tradisi militer dunia bermula dari sini," kata Khairul.
Selanjutnya,
marching band juga masih menjadi pemandangan di suatu acara seremonial bernuansa militer. Misalnya ketika Adolf Hitler menampilkan
marching band di Paris usai berhasil menduduki ibukota Prancis tersebut di Perang Dunia II. Di masa kini,
marching band sering ditampilkan sebagai suatu parade atau upacara kenegaraan atau kemiliteran.
Khairul juga tidak hanya memiliki satu dugaan. Menurutnya, ada kemungkinan Prabowo tidak menganggap Pilres 2019 sebagai medan perang seperti yang diutarakan sebelumnya.
[Gambas:Video CNN]Namun, lanjut Khairul, secara sengaja atau tidak Prabowo telah menunjukkan bahwa dirinya sudah siap dan bersemangat menghadapi pertarungan. Tentu karena
marching band yang dipilih sebagai pengiringnya menuju kantor KPU atau tempat pendaftaran capres-cawapres.
"Bagi dia yang dibesarkan di lingkungan militer itu, kemeriahan, kesiapan, dan semangat itu ditunjukkan dengan parade dan bunyi-bunyian," kata Khairul.
(nat)