Jakarta, CNN Indonesia -- Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) sekaligus Pembina Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama
Muhammad Rizieq Shihab menyampaikan
Ijtima Ulama Jilid II akan diselenggarakan untuk menentukan dukungan capres-cawapres di
Pilpres 2019.
Rizieq menyerukan agar anggota FPI, GNPF Ulama, Persaudaraan Alumni 212 dan segenap organisasi sayapnya untuk tenang menyikapi kondisi politik saat ini.
"Tetap istikamah dalam satu komando ulama," kata Rizieq dalam pesan gambar yang dipostingnya, Jumat (10/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia meminta semua pihak memberi kesempatan kepada para habaib dan ulama untuk melakukan ijtihad politik melalui ijtima ulama II.
Forum Ijtima Ulama jilid II akan digelar setelah cawapres yang direkomendasikan Ijtima sebelumnya tak diakomodasi oleh kubu Prabowo Subianto.
Diketahui dalam Ijtima Ulama I, GNPF Ulama menyatakan dukungannya pada Prabowo Subianto sebagai calon presiden.
Saat itu turut disorongkan dua nama untuk jadi calon wakil presiden yakni Salim Segaf Al Jufri dan Abdul Somad.
Akan tetapi, Prabowo memilih Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sebagai cawapresnya.
Di sisi lain, kubu Joko Widodo justru memilih ulama sebagai cawapresnya. Tak tanggung-tanggung, nama Rais Am Nahdlatul Ulama sekaligus Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Ma'ruf Amin digandeng sebagai pendampingnya.
Melihat Ma'ruf Amin dipilih sebagai cawapres, Ketua GNFP Ulama Yusuf Martak menyebut Jokowi cukup cerdas memilih cawapres ulama.
Dia menyebut saat ini diperlukan ulama untuk mendampingi pemimpin bangsa agar terjadi keseimbangan. Jangan sampai, kata dia, wakil presiden hanya menjadi pendamping saja.
 Calon presiden petahana Joko Widodo dan calon wakil presiden Ma'ruf Amin saat mengikuti tes kesehatan di RSPAD Jakarta. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Enggan Dukung JokowiPengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Adi Prayitno memprediksi arah rekomendasi Ijtima Ulama jilid II nantinya tak akan berbeda jauh dengan hasil Ijtima sebelumnya yang tetap mendukung Prabowo sebagai capres.
Ia berpendapat ajang ini sebagai sarana konsolidasi strategi para ulama yang tergabung dalam GNPF untuk mengalahkan Jokowi.
"Saya rasa arah Ijtima Ulama II enggak jauh-jauh, tetap untuk mendukung Prabowo, untuk mengalahkan Jokowi," kata Adi kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (14/8).
Adi menilai hasil Ijtima Ulama II itu tak akan memberikan rekomendasi untuk mendukung Jokowi meskipun telah menunjuk Ma'ruf Amin yang memiliki kapasitas sebagai ulama besar di Indonesia.
Menurutnya, para ulama dan tokoh yang tergabung dalam GNPF, FPI dan PA 212 merupakan kelompok oposisi yang sejak awal selalu menentang pemerintahan Presiden Jokowi.
Para elite ulama tersebut, kata Adi, tak akan mendukung tokoh yang menjadi pendamping Jokowi di Pilpres 2019 sekalipun sosok ulama kharismatik seperti Ma'ruf Amin.
"Jadi Ijtima Ulama ini bersayap, ulama-ulama yang keras dengan Ahok dan antipemerintahan Jokowi berjuang bersama oposisi. Di situ irisannya," kata dia.
"Intinya, aktor elit GNPF ini selama ini kritis terhadap pemerintah, siapapun aktor yg merapat ke kekuasaan pasti mereka lawan," tambahnya.
Tak hanya itu, Adi juga menilai faktor lain yang membuat kelompok tersebut tak akan mendukung Jokowi karena keberadaan PKS dan PAN di kubu Prabowo.
Menurutnya, PKS dan PAN dianggap oleh kelompok yang tergabung dalam Ijtima Ulama sebagai parpol yang membela kepentingan kelompok Islam.
Terlebih lagi terdapat Ketua Dewan Pembina PAN Amien Rais yang memiliki afiliasi dan memiliki jabatan di PA 212 sebagai Ketua Dewan Penasihat.
"Dua partai yang menurut mereka konsisten memperjuangkan umat islam, misalnya menolak Perppu Ormas menjadi UU, itu PKS dan PAN, misalnya melawan Ahok. Ada juga tokohnya yang memiliki afiliasi disana, jadi begitu irisannya," kata Adi.
 Presiden PKS Sohibul Iman (kiri) menyebut Sandiaga Uno sebagai santri milenial saat deklarasi capres-cawapres Prabowo-Sandiaga. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan) |
Pembenaran Klaim SandiagaAdi juga menilai penyelenggaraan Ijtima Ulama jilid II nantinya hanya dijadikan sebagai sarana pembenaran para ulama yang hadir untuk memberikan legitimasi kepada Sandiaga Uno sebagai tokoh yang turut mewakili suara umat Islam.
Ia mengatakan para ulama turut memiliki pengaruh terhadap suara masyarakat dan panggung politik di Indonesia.
"Sekalipun wakilnya Prabowo bukan ulama seperti Sandiaga, mereka pasti bakal punya pembenaran dan melakukan legitimasi melalui berbagai alibi untuk memperkuat argumentasi bahwa Sandiaga Uno layak didukung karena mewakili kelompok Islam," kata dia.
Adi menilai nantinya Sandiaga akan 'dipoles' dan 'dianugerahi' berbagai macam dalih untuk menguatkan dirinya sebagai sosok yang memiliki identitas keislaman, meskipun mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu bukanlah seorang santri atau ulama.
Hal itu bertujuan untuk memperkuat legitimasi dari ulama agar masyarakat, terutama umat Islam tetap tertarik mendukung Prabowo-Sandiaga dalam Pilpres 2019 melawan Jokowi-Maruf.
"Mereka akan memodifikasi dan menganugerahi Sandiaga untuk memeperkuat legitimasinya, bentuknya macam-macam seperti bilang Sandi santri milenial, Sandi santri post-islamisme, kepribadiannya soleh, puasa Senin-Kamis, rajin salat dhuha, dan lainnya," ujar Adi.
Sebelumnya, Sandiaga sendiri pun mengaku selama ini memang tak pernah mengenyam bangku pesantren.
"Saya jelas enggak sekolah di pesantren. Saya sekolah di Jakarta, di beberapa sekolah multietnis, multikultur, multiagama juga," kata Sandiaga.
(pmg/sur)