Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah warga
Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Tambora I dan II berencana melakukan aksi demonstrasi kepada pengelola dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menolak kenaikan tarif sewa Rusun. Mereka kecewa dengan kebijakkan kenaikan tarif sewa Rusun
Gubernur DKI Jakarta
Anies Rasyid Baswedan menaikan tarif sewa 19 rusun melalui Peraturan Gubernur Nomor 55 Tahun 2018 tentang Penyesuaian Tarif Retribusi Pelayanan Perumahan.
"Kalau sudah naik, ibu-ibu bisa aksi demo," kata salah satu penghuni Rusun I dan II Tambora Putri Kartika (30) kepada
CNNIndonesia.com, di Tambora, Jakarta, Rabu (15/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Putri sampai saat ini warga Rusun Tambora I dan II masih belum menyusun rencana demo tersebut.
Tapi, kata dia, ada kemungkinan warga Rusun I dan II Tambora melakukan aksi di depan Balai Kota DKI Jakarta.
Putri mengaku tidak setuju dengan rencana kebijakan kenaikan tarif tersebut. Menurut dia sebagian besar penghasilan keluarganya sudah cukup tersita hanya untuk tinggal di ruangan dengan luas 30 meter persegi itu.
"Saya enggak setuju banget kalau disegel jangan salahin warganya karena semuanya naik," kata Putri.
Berdasarkan Pergub No 55 Tahun 2018 itu, rata-rata tarif sewa Rusun naik sekitar 20 persen. Selama ini, Putri harus membayar tarif sewa rusun sebesar Rp430 ribu. Nantinya jika sudah dinaikan harga yang harus dia bayar sejumlah Rp516 ribu per bulannya.
"Kita mana sanggup makanya sudah enggak sanggup. Listrik sekarang naik semuanya naik," keluh Ibu dua anak ini.
Hal senada disampaikan Nani Kusdianti (31). Ia mengaku bakal mendatangi kantor Gubernur DKI Jakarta dan ingin bertemu langsung dengan Anies untuk menanyakan alasan kenaikan tarif sewa rusun.
Dia juga berencana untuk menyampaikan keluh kesahnya sebagai ibu rumah tangga karena harus dicekik dengan biaya rusun dan listrik setiap bulannya. Harga yang harus dibayarnya sangat tidak sebanding dengan penghasilan suaminya yang hanya sejumlah Rp2 juta per bulan.
"Pasti kalau saya bisa ketemu gubernurnya kenapa rumah susun bisa
ditaekin harganya kenapa, pastilah ini pada demo," terang ibu dua anak ini.
Nani mengungkapkan pihak pengelola Rusun I dan II Tambora belum memberikan sosialisasi kepada warga penghuni terkait kenaikan tarif sewa Rusun.
Dia bahkan baru mengetahui hal itu saat ditanyai tanggapan perihal kenaikan tarif rusun.
"Ini saya merinding nih tau dari mas harga sewa mau naik, enggak ada sosialisasi sebelumnya dari pengelola," terang dia.
Nani juga menyesalkan pihak pengelola yang tidak memberitahu terkait rencana kenaikan harga tarif sewa Rusun I dan II Tambora. Padahal Diketahui penyesuaian tarif sewa rusun sesuai dengan Pergub Nomor 55 Tahun 2018 sudah berlaku sejak 7 Juni lalu.
Hal yang sama diungkapkan oleh Diana Sari (34). Dia mengaku hanya mendengar isu kenaikan harga sewa dari selentingan sesama warga Rusun Tambora I dan II.
"Kalau kita sih dari denger-denger aja dari warga pada bilang 'eh elu udah tau belom ini sewa mau naik,' begitu," ujar Diani.
Keberatan WargaSarjem (52), penghuni rusun lainnya keberatan dengan kebijakan itu. Apalagi penghasilan suaminya yang berprofesi sebagai supir bajaj ini sudah sangat pas-pasan untuk menutupi biaya hidup keluarganya sehari-hari.
"Inginnya enggak mau naik. Gimanalah. orang miskin kita," katanya dia.
Selain itu, Nani Kusdianti menambahkan kenaikan harga sewa tidak berbanding lurus dengan penigkatan fasilitas dan perawatan Rusun I dan II Tambora.
Pantauan
CNNIndonesia.com, terdapat beberapa fasilitas umum yang tersedia seperti, lift, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), taman bermain anak-anak, Puskesmas, dan Bank.
Hanya saja fasilitas seperti taman bermain terlihat seperti tidak terurus. Banyak alat bermain rusak seperti ayunan dan jungkat-jungkit.
"Lift aja banyak yang mati, kok. Anak saya kalau sekolah suka pake tangga. Katanya lift-nya mati alasannya rusak, kalau rusak emang enggak ada uang untuk merawatnya," terang Nani.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perumahan DKI Meli Budiastuti mengatakan alasan kenaikan tarif sewa rusun disebabkan oleh kenaikan dalam biaya perawatan rusun tersebut.
Nani sendiri sudah cukup puas dengan perawatan di Rusun Tambora. Apabila terjadi kerusakan, teknisi rusun langsung datang dan memperbaikinya.
Berlawanan, Diana Sari (34) menyatakan perawatan Rusun Tambora masih kurang optimal. Sejak pertama kali direnovasi oleh Pemprov DKI tiga tahun silam bangunan rusun tersebut belum pernah di cat ulang.
Berdasarkan pantauan, terlihat beberapa coretan di dinding rusun. Terlihat juga beberapa bagian tembok rusun yang catnya terkelupas.
"Perawatannya masing-masing paling yang tukang sapu sesekali saja. Teknisi langsung ngerjain sih kalau ada yang rusak," terang Diana.
(ugo/wis)