Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Komisi XI DPR Fraksi Golkar M. Misbakhun menilai pidato Ketua MPR
Zulkifli Hasan dalam sidang tahunan MPR di hadapan Presiden
Joko Widodo tidak etis.
Menurutnya, pidato Zulkifli disampaikan dengan nada kritik terhadap pemerintah yang tidak seharusnya diutarakan dalam pidato kenegaraan sebagai ketua lembaga negara.
"Karena dia menggunakan terminologi kampanye, terminologi-terminologi yang digunakan untuk mengkritik pemerintah yang tidak sepantasnya digunakan," kata Misbakhun di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (16/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pidato resmi yang disampaikan Kamis pagi, Zulkifli menyoroti persoalan kemiskinan, pelemahan nilai tukar rupiah, hingga pengelolaan utang pemerintah di tahun keempat kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla.
Terkait nilai tukar rupiah, Ketua Umum PAN ini menilai pemerintah harus segera memulihkan defisit transaksi berjalan (
Current Account Deficit/CAD) yang melebar ke 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
 Anggota Komisi XI DPR Fraksi Golkar M. Misbakhun. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Mengenai pengelolaan utang, Zulkifli berpendapat pemerintah harus cermat dan terukur. Sebab, pembayaran beban utang Indonesia mencapai enam kali dari dana desa yang setiap tahun diberikan pemerintah.
Menanggapi pidato itu, Misbakhun berpendapat Zulkifli seharusnya bisa memisahkan posisinya antara Ketua lembaga negara dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN).
Belakangan, PAN menyatakan tak lagi mendukung Presiden Jokowi dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. PAN juga tak memiliki perwakilan kadernya di Kabinet Kerja.
"Silakan kampanye tetapi jangan menggunakan momentum pidato kenegaraan di acara kenegaraan untuk itu. Dan ini menunjukkan kualitas kenegarawanan ketua MPR tidak dalam sebuah level yang memadai," ucapnya.
(pmg)