ANALISIS

Jokowi, Moge dan Politik Simbol Gaet Kelompok Milenial

Ramadhan Rizki | CNN Indonesia
Rabu, 22 Agu 2018 10:25 WIB
Direktur Populi Centre Usep S. Ahyar menilai aksi Jokowi mengendarai motor gede (moge) merupakan cara Jokowi untuk menggaet suara kelompok milenial.
Aksi motor di pembukaan Asian Games. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Video aksi Presiden Joko Widodo mengendarai 'motor gede' atau Moge ke acara pembukaan Asian Games 2018 beberapa hari lalu menjadi sorotan masyarakat.

Video itu menayangkan sebuah film pendek yang menggambarkan cerita perjalanan Jokowi bersama rombongan Pasukan Pengawal Presiden (Paspampres) berangkat dari Istana Bogor menuju stadion Gelora Bung Karno (GBK).

Tak mau kalah dengan aksi 'Moge' Jokowi, sembilan sekretaris jenderal partai Koalisi Indonesia Kerja (KIK) tim sukses Joko Widodo-Ma'ruf mengikuti aksi Jokowi. Mereka mengendarai motor besar untuk datang ke kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menyerahkan dokumen program kerja yang menjadi persyaratan tim sukses Pilpres 2019.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekjen PPP Asrul Sani mengatakan pihaknya sengaja menggunakan moge untuk mendaftarkan TKN Jokowi-Maruf ke KPU agar tak kalah gengsi dengan Presiden Jokowi.

"Kalau capresnya naik motor masa kita naik mobil," ujar Asrul.

Direktur Populi Centre, Usep S. Ahyar menilai aksi Jokowi dan sembilan sekjen parpol KIK mengendarai moge sedang mengkonstruksi politik simbol dari seorang pemimpin yang menunjukan kedekatan dan keberpihakan kepada anak-anak muda atau kelompok millenial.

"Moge ini sebenarnya simbol anak muda, simbol ini dikonstruksi oleh mereka untuk menunjukan kreativitas, energik, pemimpin kita pro anak muda, dan tak kolot," kata Usep saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (21/8).
Jokowi, Moge dan Politik Simbol Gaet Kelompok Milenial'Aksi Jokowi' di acara pembukaan Asian Games 2018. (REUTERS/Athit Perawongmetha)

Usep menilai penggunaan simbol-simbol tertentu seperti mengendarai Moge dalam kancah perpolitikan merupakan hal wajar demi menggaet simpati masyarakat.

Ia mencontohkan para presiden Indonesia seperti Sukarno kerap kali menggunakan politik simbol seperti jargon anti-kolonialisme dan anti-imperialisme untuk menggugah rasa nasionalisme mengusir penjajah.

Menurutnya, politik simbol perlu dibangun sebagai modal kekuasaan yang dapat menciptakan dan menggerakan perubahan ditengah-tengah masyarakat, baik berupa perubahan tingkah laku maupun persepsi publik terhadap elit politik yang memainkan hal tersebut.

"Nah tantangannya memang tinggal timnya Jokowi sendiri yang dapat menarasikan (simbol politik Moge) ini agar menjadi hal yang positif bagi Jokowi. Jangan sampai diserang sama kubu sebelah," kata dia.

Selain itu, Usep juga mengatakan bahwa Jokowi dan tim suksesnya dipastikan memiliki dasar filosofis yang kuat mengapa Moge dipilih menjadi simbol politik.

Ia mengatakan bahwa Jokowi dan para elite pimpinan parpol koalisinya sedang berupaya untuk melawan stigma terhadap pemimpin yang kolot, kaku dan membosankan saat tampil di publik dalam rangka meraih simpati kelompok millenial.

"Ini mau menunjukan enggak kok politik itu, enggak membosankan, tapi muda kreatif, jadi itu yang ingin disampaikan," kata Usep.

Usep menilai bahwa langkah Jokowi menggunakan politik simbol 'Moge' untuk membidik kalangan milenial sudah tepat.

Jumlah suara generasi milenial yang memiliki rentan umur 17-34 tahun tak bisa dipandang sebelah mata dalam Pemilu 2019.
Jokowi, Moge dan Politik Simbol Gaet Kelompok MilenialPresiden Jokowi berbincang dengan sekjen parpol koalisi. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Berdasarkan data dari Saiful Mujani Research Consulting (SMRC) menunjukan setidaknya 34,4 persen masyarakat Indonesia masuk dalam ketegori kelompok milenial.

"Jadi Jokowi yang diposisikan buat menggaet kelompok milenial. Ini pasti dijadikan target serius karena jumlahnya banyak generasi milenial ini, kalau tak kreatif pasti bakal dijauhi," katanya.
Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby menilai upaya Jokowi dan para sekjen koalisi KIK mengendarai Moge merupakan alat untuk merepresentasikan diri sebagai pemimpin yang dekat dengan kelompok milenial.

"Menurut saya itu adalah kekuatan untuk menguatkan asosiasi bahawa pak Jokowi memang dekat dengan pemilih milenial," kata Adjie.

Meski begitu, Adjie menyarankan agar Jokowi turut mengkombinasikan strategi tersebut dengan melontarkan langkah atau program strategis yang bernilai konkret bagi kaum milenial.

Ia lantas mengatakan bahwa Jokowi dapat mengedepankan program pembukaan lapangan kerja dan pembangunan ekonomi sebagai isu strategis demi meraih simpati kelompok anak muda kaum milenial.

"Pemilih milenial ini bukan hanya di perkotaan tapi pemilih milenial ini lebih banyak juga di pedesaan sebetulnya kebutuhan realnya lapangan kerja," kata dia.
(ugo/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER