Pendaki Tak Gubris Penutupan Jalur Pendakian Gunung Dukono

Sahril Abdullah | CNN Indonesia
Selasa, 28 Agu 2018 04:55 WIB
Petugas Pos Pengamatan Gunung Dukono, Halmahera Utara, kewalahan dengan ulah pendaki yang masih melakukan pendakian di tengah aktivitas gunung yang meningkat.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Dukono, Halmahera Utara, kewalahan dengan ulah pendaki yang masih melakukan pendakian di tengah aktivitas gunung yang meningkat. (CNN Indonesia/Sahril Abdullah)
Ternate, CNN Indonesia -- Jalur pendakian Gunung Api Dukono di Halmahera Utara, Maluku Utara, telah ditutup pihak Badan Geologi PVMBG Pos Pengamatan Gunung Api Dukono. Namun para pendaki dilaporkan masih melakukan pendakian.

Penutupan jalur pendakian Gunung Dukono dilakukan setelah gunung api tersebut memasuki level II Waspada. Setiap hari, gunung setinggi 1.087 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu menyemburkan abu vulkanik hingga setinggi 800 meter.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dukono, Iwan Amat menuturkan penutupan jalur sebenarnya sudah dimulai sejak 2003, mengikuti perkembangan status aktivitas gunung. Namun pendaki tak menghiraukan status vulkanologi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Padahal sudah ada pendaki yang pernah nyasar sampai semingguan baru ketemu," kata Iwan, Senin (27/8).


Kondisi gunung yang terus mengeluarkan abu vulkanik membuat para pendaki dilarang mendekati kawah Malupang Warirang dalam radius dua kilometer.

Iwan menyebut, para pendaki yang tak menghiraukan larangan dan berkoordinasi dengan pihak pemantau gunung seringkali terjebak akibat ulahnya sendiri.

"Harusnya mereka laporan dulu ke kami. Dan kalau melapor jelas tidak kami rekomendasikan untuk mendaki. Tapi selama ini sebagian besar pendaki tidak berkoordinasi," kata Iwan.

"Akibatnya pendaki sering dihantam abu vulkanik hingga tak bisa turun ke perkampungan," lanjutnya.

Iwan menyebut banyaknya titik pendakian membuat pos pemantau kewalahan mengawasi pendaki. Saat ini, Pos Pemantau menggandeng Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Halmahera Utara untuk menyosialisasikan larangan pendakian Dukono.


"Mungkin karena kurang sosialisasi juga, makanya banyak orang yang mendaki tanpa mengikuti aturan yang seharusnya," ujarnya.

Menurut catatan pemantauan gunung, Gunung Dukono telah tercatat meletus sejak 1550. Saat itu, letusan dahsyat dan gempa bumi meluluhlantakkan Kota Tolo, ibukota Kerajaan Mora di Halmahera Utara.

Saking dahsyatnya, kata Iwan, aliran lavanya menyatukan Gunung Mamuya dengan Pulau Halmahera.

Sejak 1994, pos pemantau rutin melakukan pemantauan terhadap aktivitas Gunung Dukono. Namun pada 2000-2003, aktivitasnya tak terpantau lantaran konflik horizontal yang mengakibatkan musnahnya pos pemantau.

Pos baru aktif kembali pasca 2003 meski pemantauannya sempat berpindah-pindah lantaran bangunan pos belum dibangun. "Mulai Juni 2003 itu letusannya sudah disertai lontaran lava pijar dan gemuruh," kata Iwan. (end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER