Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua DPP Partai Berkarya Badaruddin Andi Picunang membandingkan pemerintahan masa kini dengan masa kepemimpinan Presiden Soeharto atau era Orde Baru dalam hal pengadaan barang kebutuhan pokok termasuk beras.
Badaruddin mengatakan kala itu Indonesia berhasil swasembada beras, tidak seperti saat ini yang ia sebut
mengimpor beras dalam jumlah besar.
"Di era Pak Harto Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984 dan ia dianugerahi medali bertuliskan from r
ice importer to self sufficiency dari Food and Agriculture Organization (FAO)," tutur Badaruddin melalui siaran pers, Selasa (28/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badaruddin mengkritik kebijakan impor beras pemerintah dengan jumlah yang sangat besar, yaitu target 2 juta ton pada tahun ini.
Dia mengatakan jumah impor beras tahun ini melonjak lebih dari 700 persen dibandingkan tahun lalu. Jumlah impor saat ini juga merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, impor beras hingga Semester I 2018 telah mencapai 1,12 juta ton. Angka tersebut lebih tinggi 755 persen dibandingkan periode yang sama pada 2017.
"Impor beras Indonesia Semester I 2018 melonjak 755 persen, semoga beras petani lokal tetap laku," tutur Badaruddin.
Badaruddin lalu mengungkit harga beras di Indonesia yang tergolong mahal dibanding beberapa negara tetangga. Badaruddin mengatakan hingga Juli 2018, harga beras per kilogram di Singapura Rp11.635, Malaysia Rp9.183, dan Thailand Rp7.419. Sementara beras per kilogram di Indonesia seharga Rp12.560.
Menurut Badaruddin, harga sembako termasuk beras di era Orde Baru cenderung stabil dan terjangkau tak lepas dari andil Presiden Soeharto. Dia mengatakan Soeharto senantiasa bersikap tegas dalam menjaga kestabilan harga sembako.
"Di masa itu harga barang kebutuhan pokok relatif stabil. Hal inilah salah satu yang tidak bisa kita rasakan hari ini," tutur Badaruddin. "Indonesia negara agraris, tapi kenapa harga beras lebih mahal?"
Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Naution menyebut pada Senin (27/8),
total impor beras yang telah masuk ke Indonesia baru mencapai 1,8 juta ton.
Menurut Darmin, impor dilakukan sebagai upaya pemerintah menstabilkan harga beras agar sesuai harga eceran tertinggi (HET).
Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) mencatat bahwa harga beras medium sejak awal tahun sudah bertengger di atas Rp11 ribu per kilogram.
(end)