Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Dinas Sumber Daya Air Rodia Renaningrum menyebut pihaknya menganggarkan dana Rp1,3 triliun untuk program
naturalisasi sungai.
Anggaran tersebut digunakan untuk melakukan pengadaan tanah, sungai, saluran, serta pengadaan waduk, situ, dan embung.
"Sampai akhir tahun kita proses terus anggarannya Rp1,3 triliun," kata Rodia di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jumat (14/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rodia mengatakan naturalisasi saat ini lebih fokus pada pembenahan waduk. Sebab menurutnya saat ini sungai di Jakarta banyak diokupasi atau diduduki oleh warga.
Setidaknya ada tiga waduk yang akan dinaturalisasi oleh Dinas SDA yakni Waduk Setu Babakan, Waduk Cimanggi, dan Waduk Rambutan.
Rodia menjelaskan teknis naturalisasi tersebut tak jauh berbeda dengan normalisasi. Hanya saja, dalam naturalisasi tidak hanya mengembalikannya ke ukuran semula tapi juga mengembalikan ke keadaan semula.
"Misalnya, dulu ada ikan gabus di sana maka kita kembalikan itu naturalisasi," ucap Rodia.
"Naturalisasi itu bukan betonisasi, pakainya batu bronjong, batu kali itu kan biota bisa hidup, cacing bisa masuk, ikan kecil bisa masuk," imbuhnya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut jajarannya dan Pemerintah Pusat mendukung penuh normalisasi dan naturalisasi 13 sungai, pembangunan sodetan kali Ciliwung-Kanal Banjir Timur dan pembangunan waduk, situ, dan embung.
Alat berat mengangkat lumpur di Kali Krukut untuk mengantisipasi banjir di rumah padat penduduk Petongongan, Jakarta Selatan. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Konsep naturalisasi sungai akan diimplementasikan Anies untuk membenahi sungai-sungai secara alamiah dan menjaga ekosistem di sekitarnya.
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, ada peningkatan persentase sungai dengan kondisi tercemar berat sejak 2014. Pada tahun itu, sungai tercemar berat sebanyak 32 persen, kemudian pada 2015 naik menjadi 40 persen.
Lalu pada 2016, persentase sungai tercemar berat kembali naik menjadi 60 persen, sementara 2017 naik menjadi 61 persen.
Ada sejumlah limbah yang menjadi penyebab tercemarnya sungai di Jakarta di antaranya adalah black water (tinja), grey water yang merupakan limbah air mandi dan cuci, serta air limbah industri.
Pemprov DKI Jakarta tengah menyusun kerangka strategi atau peta jalan (roadmap) untuk mengatasi masalah pencemaran air di sungai-sungai yang berada di wilayah Jakarta.
(pmg)