Jakarta, CNN Indonesia --
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebut
Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Perindo merupakan partai politik yang paling tak solid mendukung calon presiden-wakil presiden di
Pemilu 2019.
Ardian Sopa, anggota Tim Riset LSI Denny JA, mengatakan tidak solidnya pendukung parpol ini bisa disebabkan sejumlah hal. Pertama, politik dua kaki dari para elite parpolnya.
"Bisa jadi dampak dari elite politiknya yang main dua kaki. Karena bagaimanapun masyarakat ini kan melihat bagaimana elite politiknya. Kalau misalnya elite politiknya solid maka pemilih ini juga relatif terarahkan dengan pilihan pilihan parpolnya," ungkapnya.
Ia sepakat bahwa efek dua kaki para elite parpol seperti yang diduga dilakukan di Partai Demokrat memiliki efek pada pemilih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika memang di partai ini ada yang split ada yang pindah rumah dsb itu akan berpengaruh ke pemilihnya," imbuh Ardian.
Menurut survei ini, dari sisi parpol Koalisi Indonesia Kerja (KIK), PDIP menjadi yang paling solid dengan dukungan kepada Jokowi-Ma'ruf sekitar 88,7 persen, dengan hanya 2,7 persen yang menyeberang ke Prabowo-Sandi.
 Pasangan capres-cawapres dan parpol pendukungnya. ( CNN Indonesia/Fajrian) |
Partai NasDem menjadi yang paling loyal kedua dengan dukungan 74,2 persen dan hanya 6,5 persen pemilihnya yang memilih Prabowo-Sandi.
Yang paling tak loyal ke Jokowi-Ma'ruf adalah Perindo dan PPP. Dua parpol ini memiliki 43,8 persen dan 38,2 persen pendukung yang memilih Prabowo-Sandi. Pemilih Perindo yang memilih Jokowi sebesar 50 persen, PPP sebesar 52,9 persen.
Di sisi lain, parpol Koalisi Adil Makmur memiliki Partai Gerindra dengan tingkat dukungan kepada Prabowo-Sandi mencapai 80,9 persen. Hanya 9,9 persen pemilih Gerindra yang mendukung Jokowi-Maruf.
Loyalitas PKS terhadap Prabowo-Sandi juga tinggi yakni 76,6 persen pemilih. Hanya 10,6 persen pemilih partai ini yang menyeberang ke koalisi lawan.
Namun, PAN dan Partai Demokrat cenderung masih kurang solid. Pemilih PAN yang mendukung Prabowo sebesar 52,9 persen, sementara yang sama mendukung Jokowi sebesar 47,1 persen. Pendukung Partai Demokrat yang mendukung Prabowo 49,4 persen, dan yang mendukung Prabowo 33,3 persen.
Ardian melanjutkan bahwa kemungkinan kedua adalah karena sosialisasi dari pengurus parpol yang kurang untuk menggerakan pendukungnya agar memilih capres-cawapres yang diputuskan partai.
 Dua rival di Pilpres 2019, Joko Widodo (kanan) dan Prabowo Subianto (kiri). ( ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari) |
"Ini memang jadi pertanyaan klasik juga karena bisa jadi sosialisasi yang dilakukan partai belum maksimal. Bisa jadi. Sehingga pemilih pemilih partai belum digerakkan," kata dia.
Kemungkinan ketiga, lanjut Ardian, keterikatan pemilih dengan partainya (ID Party) yang masih rendah.
Survei nasional LSI Denny JA ini dilakukan pada 14-22 September 2018. Survei ini menggunakan metode
multistage random sampling dengan 1.200 responden dan memiliki
margin of error sebesar +/- 2,9 persen.
Sebelumnya, sejumlah kepala daerah yang merupakan kader Partai Demokrat memilih untuk mendukung Jokowi. Yakni, Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Siti Rohmi Djalilah dan Gubernur Papua Lukas Enembe.
Hal itu memicu tudingan politik dua kaki kepada Partai Demokrat.
(kst/arh)