Jakarta, CNN Indonesia -- Para penghuni Rumah Tahanan (Rutan) Klas II B, Donggala, Sulawesi Tengah panik ketika merasakan
gempa berkekuatan 7,4 SR, Jumat (28/9). Mereka yang panik dan ingin menyelamatkan diri diduga sengaja membakar Rutan Donggala.
"Lapas Donggala dibakar. Kalau menurut cerita dari kalapas waktu ditenangkan di tengah-tengah lapangan mereka masih mengikuti apa yang menjadi arahan dari kepala dan jajaran," kata Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, Sri Puguh Budi Utami, di Jakarta, Senin (1/10).
Seluruh tahanan, yang totalnya mencapai 343 orang berhasil kabur dari Rutan Donggala, setelah gempa.
Sri Puguh mengatakan para tahanan itu sebenarnya masih bisa dikumpulkan di tengah lapangan. Namun, kata Sri Puguh, setelah merasakan gempa susulan yang cukup terasa getarannya dan mengetahui pusat gempa di Donggala, mereka panik dan langsung menyulut kebakaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang tersisa hanya bangunan dengan masjid yang masih utuh. Bangunan depan kami pikir sudah enggak bisa dipergunakan lagi," ujarnya.
Sri Puguh melanjutkan untuk di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Palu, Lapas Perempuan (LPP) Kelas III Palu, Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Palu, setelah terjadi gempa, petugas telah mengumpulkan para narapidana di tengah lapangan. Ketiga penjara itu berisi total 696 orang.
"Kondisi awalnya kondusif, walaupun pagar yang melingkupi Lapas semua roboh. tak lama mereka berkumpul air keluar dari dalam tanah," ujarnya.
Menurut Sri Puguh, setelah air keluar dari dalam tanah, tak lama dua blok di Lapas Palu ikut roboh. Kondisi terakhir itu, kata Sri Puguh, yang membuat narapidana panik dan kemudian lari keluar melalui blok yang roboh tersebut. Mereka keluar tanpa berdesakan.
"Hampir semuanya tidak perlu juga berdesak-desakan karena robohnya cukup luas menuju jalan," kata dia.
Sri Puguh menyatakan kondisi tak jauh berbeda terjadi di Rutan Klas II A Palu. Menurutnya, para tahanan masih kondusif dan berkumpul di tengah lapangan ketika gempa terjadi. Namun, setelah mendengar Hotal Roa-Roa ambruk, para tahanan panik dan langsung mendobrak pintu untuk kabur.
Total tahanan yang ada di Rutan Palu sebanyak 463 orang.
"Warga binaan yang ada di Rutan Palu, napi dan tahanan panik, dorong, akhirnya sebagian lari," ujarnya.
Saat ini, kata Sri Puguh pihaknya tengah melakukan evaluasi atas kondisi Lapas dan Rutan yang berlokasi di Palu dan Donggala itu pasca-gempa dan tsunami. Menurutnya, pihaknya juga telah membentuk satuan tugas serta membangun posko untuk mendata para tahanan yang masih kabur.
"Waktu yang kami berikan sebelum melakukan pencarian kepada mereka, kami berikan waktu seminggu melaporkan kembali," kata dia.
Bakal DicariWakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan narapidana yang melarikan dari rumah tahanan saat gempa bumi di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, tetap akan dicari. Sebab, menurut dia hal itu juga terjadi di wilayah lain.
"Itu sama seperti yang terjadi di Aceh dahulu (2004) saat tsunami. Karena penjaranya juga kena, mereka kabur. Akan tetapi, tentu tetap dicari nanti pada waktunya," kata Jusuf Kalla usai menghadiri HUT DPD RI di Jakarta.
Ditjen PAS menyatakan ada 1.425 warga binaan, terdiri dari narapidana maupun tahanan masih berada di luar penjara Palu dan Donggala. Mereka yang kabur ini berasal dari kejahatan tindak pidana umum, narkotika, hingga korupsi.
(fra/ayp)