Palu, CNN Indonesia -- Terik matahari yang menyengat dari langit
Kota Palu, Sulawesi Tengah mengantarkan langkah kaki puluhan lelaki yang mengenakan kaus berwarna hijau dan putih lengkap dengan bot, ke sebuah posko di kawasan Jalan Diponegoro.
Mereka adalah anggota organisasi kemasyarakatan
Front Pembela Islam (FPI) dari Poso, Sulawesi Tengah; Makassar, Sulawesi Selatan, dan Jakarta yang menjadi relawan sejak hari pertama pascabencana gempa dan tsunami melanda tiga wilayah di Sulteng yakni Palu, Sigi, dan Donggala. Hari itu mereka baru saja membantu proses evakuasi di Kelurahan Petobo, salah satu daerah terdampak fenomena likuifaksi akibat gempa.
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) FPI Sulawesi Tengah Sugianto Kaimudin mengatakan mereka sudah tiba di Palu pada 29 September, sehari selepas gempa dan tsunami.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak kami dapat informasi ada korban, kami langsung menelusuri lokasi. Hari Sabtu saya langsung turun ke lapangan dan melihat betul-betul terjadi tsunami di pinggir pantai (jarak) kurang lebih sepuluh meter yang meluluhlantakan rumah," kata Sugianto saat ditemui di Posko Bantuan FPI di Jalan Diponegoro, Palu, Kamis (4/10).
Sugianto mengaku mengevakuasi sembilan jenazah di hari pertama proses evakuasi di Palu itu. Jasad itu ditemukan di reruntuhan bangunan yang ada di Lere, Palu Barat.
Kegiatan evakuasi terus mereka lakukan setiap hari. Hingga kini, dia dan rekan-rekannya telah mengangkat 20 jenazah.
"Hari pertama kami dapat jenazah tujuh, lalu pada sore harinya tambah dua (jenazah). Kemudian, keesokan harinya kami terus melakukan itu," ujar Sugianto.
Di samping evakuasi korban meninggal, Sugianto juga turut menyalurkan bantuan berupa sembilan bahan pokok (sembako) ke warga Palu yang membutuhkan.
 Relawan FPI saat mengevakuasi korban gempa di Kota Palu, Sulawesi Tengah. (Dok. DPD FPI Sulawesi Tengah) |
"Kami evakuasi dan bagi sembako, dari air minum sudah sampai ke Tawaeli, terus ke Kabonena ke tempat pusat gempa. Tidak menafikan yang lain, tapi itu fakta di lapangan masyarakat katakan belum dapat bantuan dan belum siapa-siapa datang," ujar dia.
Jumlah anggota FPI turun tangan juga bertambah. Diperkirakan sampai saat ini sudah mencapai sekitar seratus orang.
Kecewa Dengan PemerintahDi sisi lain, Sugianto merasa kecewa dengan sikap Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), yang menyatakan foto aksi FPI yang tersebar di media sosial adalah hoaks alias berita bohong.
"Saya tanya ke beliau-beliau itu sebenarnya kedatangan kami ini apa yang merugikan? Apakah kami minta bantuan dari mereka (Kominfo) kemudian kami salurkan? Enggak. Atau kami datang ke tempat mereka kemudian menyampaikan ini yang harus kami lakukan? Tidak," katanya.
Posko bantuan FPI untuk korban Gempa Palu di kawasan Jalan Diponegoro, Palu, Sulawesi Tengah. (CNN Indonesia/Martahan Sohuturon) |
Dia meminta pemerintah tidak mengurusi dan mengganggu aksi kemanusiaan yang mereka lakukan untuk mencari pahala. Sugianto cuma berharap pemerintah profesional tanpa menyudutkan pihak manapun.
"Bekerja saja, enggak usah saling ganggu menyinggung, karena kalau sudah begitu juga kita ekstra kerja untuk bantah dan seterusnya," ujar dia.
(ayp/sur)