129 Kelurahan di Jakarta Masih Berpotensi Terendam Banjir

Tim | CNN Indonesia
Selasa, 09 Okt 2018 11:26 WIB
Kepala BBWSCC mengkritik andai pemerintah tak meneruskan program normalisasi sungai, pengerukan seharusnya tetap rutin dilakukan untuk mencegah pendangkalan.
Banjir yang merendam jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Kamis, 15 Februari 2018. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) mengatakan ada sekitar 129 kelurahan di DKI Jakarta yang berpotensi terendam banjir saat musim hujan.

Kepala BBWSCC Bambang Hidayah mengatakan kelurahan yang berpotensi terendam banjir tersebut berada di sekitar aliran sungai yang ada di Jakarta.

"[Kelurahan yang berpotensi terendam banjir] di sekitar kali-kali itu, Ciliwung, Angke, Pesanggrahan," kata Bambang saat dikonfirmasi, Selasa (9/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Rinciannya adalah di aliran Kali Angke ada enam kelurahan, aliran Kali Pesanggrahan ada 21 kelurahan, aliran Kali Krukut ada 12 kelurahan, aliran Kali Ciliwung 28 kelurahan.

Kemudian aliran Kanal Banjir Barat ada 10 kelurahan, aliran Kali Ciliwung Lama ada sembilan kelurahan, aliran Kali Sunter 23 kelurahan, aliran Kali Cipinang 12 kelurahan, dan aliran Cengkareng Drain ada delapan kelurahan.

Bambang menuturkan data kelurahan berpotensi terendam banjir tersebut berdasarkan evaluasi dan kajian terakhir saat banjir terjadi di Jakarta sekitar bulan Februari lalu. 

Bambang menyampaikan penyebab banjir di Jakarta sampai saat ini salah satunya dikarenakan kapasitas kali yang tidak mampu menampung debit atau volume air terutama saat puncak musim hujan. Apalagi, kata Bambang, saat ini program normalisasi juga tengah dihentikan Pemprov DKI.

"Nah, semenjak tahun 2018 ini tidak ada lagi kegiatan normalisasi," ujarnya.

Bambang mengungkapkan dari rencana normalisasi sepanjang 33 km, baru bisa dilaksanakan sepanjang 16 km saja.

"17 kilometer lagi belum," ucapnya.

Bambang menyebut jika normalisasi tak lagi dilakukan seharusnya Pemprov DKI, lewat Dinas Sumber Daya Air, tetap rutin untuk melakukan pengerukan sungai.

Sebab, sambungnya, jika pengerukan tak rutin dilakukan maka pendangkalan akan terus terjadi di kali-kali di Jakarta.

"Kalau dibiarkan kali jadi dangkal, itu sedimentasi akan terus terjadi karena air dari hulu, kalau dari hulu itu kan umumnya kalau sebelah hulu kemungkinan sungai curam sehingga di daerah hulu sering terjadi longsor, tererosi nah erosi itu dibawa ke hilir," tutur Bambang.



(dis/kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER