Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur DKI Jakarta
Anies Baswedan mengatakan saat ini tak ada lagi kegiatan betonisasi di sepanjang aliran sungai Jakarta. Namun, pengerukan terus dilakukan untuk antisipasi banjir.
"Kalau yang dicari betonisasi, Anda tidak (akan) ketemu. Kalau yang dicek adalah pengerukan, kemudian perbaikan-perbaikan sarana, maka itu dikerjakan terus," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Selasa (9/10).
Anies menuturkan untuk menghadapi musim hujan yang diprediksi dimulai pada November mendatang, Pemprov DKI telah mengerahkan 192 alat berat untuk mengeruk sungai.
"Bedakan antara betonisasi dan antisipasi musim hujan dengan melakukan pengerukan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anies juga menyampaikan betonisasi sudah tidak dilakukan karena Pemprov DKI berencana untuk melakukan naturalisasi sungai, yakni dengan mengembalikan ekosistem seperti semula.
"Kanan kirinya ditumbuhkan sebagai ekosistem yang natural, karena itu Anda tidak temukam betonisasi," ucap Anies.
Anies menuturkan program naturalisasi sungai tersebut sampai saat ini masih terus berlangsung di sejumlah wilayah. Ia tak menampik pelaksanaan naturalisasi sungai tersebut memang terkendala pembebasan lahan.
"Ada beberapa wilayah yang masih on progress dalam pembebasan lahannya, itu memang PR," katanya.
Sebelumnya, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) mengungkapkan ada sekitar 129 kelurahan di Jakarta yang berpotensi terendam banjir.
Kepala BBWSCC Bambang Hidayah mengatakan kelurahan yang berpotensi terendam banjir tersebut berada di sekitar aliran sungai di Jakarta.
Rinciannya adalah di aliran Kali Angke ada enam kelurahan, aliran Kali Pesanggrahan ada 21 kelurahan, aliran Kali Krukut ada 12 kelurahan, aliran Kali Ciliwung 28 kelurahan.
Kemudian aliran Kanal Banjir Barat ada 10 kelurahan, aliran Kali Ciliwung Lama ada sembilan kelurahan, aliran Kali Sunter 23 kelurahan, aliran Kali Cipinang 12 kelurahan, dan aliran Cengkareng Drain ada delapan kelurahan.
Bambang berpendapat salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi banjir adalah dengan melakukan pengerukan sungai secara rutin.
Menurut Bambang, jika pengerukan tak rutin dilakukan maka pendangkalan akan terus terjadi di kali-kali di Jakarta.
"Kalau dibiarkan kali jadi dangkal, itu sedimentasi akan terus terjadi karena air dari hulu. Kalau dari hulu itu kan umumnya kalau sebelah hulu kemungkinan sungai curam sehingga di daerah hulu sering terjadi longsor, tererosi. Nah, erosi itu dibawa ke hilir," tutur Bambang.
(dis/has)