Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Bidang Pusat Balistik Metalurgi Laboratorium Forensik Polri Ulung Kanjaya memastikan bahwa dua
peluru nyasar yang baru ditemukan di
Gedung DPR RI hari ini berasal dari penembakan yang sama pada Senin (15/10) lalu.
"Masih sama dari yang kemarin," ujar Ulung kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (17/10)
.Dua peluru nyasar yang baru ditemukan pada Rabu (17/10) siang ini berada di dua ruangan berbeda di lantai 10 dan 20 Gedung Nusantara I DPR RI. Ruangan itu milik anggota Fraksi Partai Demokrat Vivi Sumantri Jayabaya dan Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Totok Daryanto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada ruangan Vivi, peluru ditemukan bersarang di dinding ruangan. Sementara pada ruangan Totok, peluru nyasar tampak menembus pojok kaca ruangan.
Penembakan yang dimaksud oleh Ulung adalah insiden penembakan yang dilakukan oleh tersangka IAW dan RMY pada dua hari lalu. Peluru yang dimuntahkan tersangka nyasar di dua ruangan anggota DPR milik Wenny Warouw dan Bambang Heri Purnama.
Sebelumnya Direktur Reserse Kriminal Umum
Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta menjelaskan mekanisme peluru nyasar dari Lapangan Tembak Senayan ke Gedung DPR RI yang terjadi pada Senin (15/10). Senjata Glock 17 yang digunakan oleh IAW dan RMY merupakan senjata yang belum dimodifikasi. dengan jarak tembak 50-200 meter
Saat itu, Nico mengatakan IAW mengisi sebanyak empat peluru di senjata tersebut. Jika telah dimodif sebenarnya senjata dapat diisi dengan 16 butir peluru.
"Ini adalah senjata yang belum dimodif, yang bersangkuatan mengisi empat peluru oleh karena itu begitu ditembakkan, semua naik ke atas sehingga peluru itulah yang didapatkan di gedung DPR karena memang perubahan itu dilakukan secara tiba-tiba sehingga kaget dan naik ke atas," ujarnya di Mapolda Metro Jaya, Selasa (16/10).
Polisi telah menetapkan dua orang berinisial IAW dan RMY sebagai tersangka. Keduanya, menurut polisi, berstatus pegawai negeri sipil (PNS) di Kementerian Perhubungan dan bukan merupakan anggota Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin).
Minta Poilisi Uji BalistikAnggota Fraksi Gerindra Wenny Warouw mendesak kepolisian melakukan uji balistik terhadap senjata Glock-17 kaliber 9 milimeter.
Menurutnya, hal itu untuk memastikan kebenaran dugaan peluru nyasar di ruang kerjanya dan tiga ruang kerja koleganya berasal dari lapangan tembak Senayan yang berada di seberang Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Jakarta.
"Satu hal yang harus mereka lakukan itu uji balistik lapangan," ujar Wenny di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (17/10).
Wenny menuturkan uji balistik bertujuan untuk memastikan jangkauan tembak dari senjata tersebut. Dari uji itu, Kepolisian dapat menyimpulkan apakah Glock-17 kaliber 9 mm dapat menjangkau Gedung Nusantara I DPR.
Jika hasil uji balistik tidak sesuai dengak dugaan saat ini, ia menilai ada motif tertentu di balik peluru nyasar tersebut.
"Lihat jangkauan berapa jaraknya. Supaya masyarakat tahu apa benar DPR ini ditembak dengan Glock-17. Kalau tidak sampai segitu berarti lain cerita," ujarnya.
Selain uji balistik, mantan Inspektur Jenderal ini juga meminta Kepolisian melakukan rekonstruksi penembakan dengan melibatkan dua PNS Kemenhub berinisial I dan R yang sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Keduanya diketahui melakukan latihan menambak di lapangan tembak Senayan saat kejadian peluru nyasar terjadi.
"Harus dibuktikan lagi dan bawa dua orang ini rekonstruksi di lapangan," ujar Wenny.
Tinjau Lapangan Tembak SenayanWenny mengklaim telah meninjau dan melakukan investigasi di lapangan tembak Senayan setelah kejadian peluru nyasar. Di sana, ia mengaku tidak yakin peluru dapat menjangkau Gedung Nusantara I DPR.
Selain ada tanggul setinggu 2 meter, ia berkata, lapangan tembak juga dibatasi oleh plat besi setinggi sekitar 5 meter dan pepohonan.
"Dari lapangan tembak rekasi itu tidak kelihatan sama sekali (Gedung Nusantara I)," ujar Wenny.
Selanjutnya, Wenny meyakini tembakan Glock-17 kaliber 9 mm tidak dapat menjangkau ruang kerjanya di lantai 16 Gedung Nusantara I DPR. Sebab, ia menyebut jarak fektif pistol jenis itu hanya sejauh 50 meter.
"Paling jauh kira-kira 350 meter. Itu pun sudah belok kalau ada angin," ujarnya.
Meski meduga demikin, ia menyerahkan penyeldikan tersebut kepada Kepolisian. Ia pun berharap uji balistik dan rekonstruksi dengan melibatkan para tersangka bisa dilakukan oleh Kepolisian.
(panji/bin/dal)