Jakarta, CNN Indonesia -- Jamal, 32 tahun, hanya tertawa saat ditanya soal jam kerjanya sehari-hari sebagai operator di
Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan. Baginya, pekerjaan menjaga pintu air berbeda dengan pekerjaan lainnya.
Bukan cuma soal harus berjaga dan waspada sampai begadang, terutama saat musim hujan. Tapi juga mengurus mayat yang ditemukan menyangkut di pintu air.
"Kami bukan seperti pekerja biasa, jam kerja kami berbeda dari yang lain," kata saat ditemui
CNNIndonesia.com, di Pintu Air Manggarai, Rabu (24/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Satu
shifting kami selama 24 jam. Bukan 8 jam, bukan 12 jam, tapi 24 jam. Jadi pagi ketemu pagi," katanya menegaskan.
Setiap harinya, Jamal bertugas sebagai operator untuk memantau debit air. Dalam satu hari ada sekitar dua sampai tiga orang yang memperhatikan pintu tersebut dengan sistem
shifting atau bergantian.
Pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB, Jamal beserta penanggungjawab pintu air lainnya melakukan
briefing pagi. Dari situ didiskusikan mengenai cuaca dan kemungkinan arus air yang terjadi di hari itu.
Jamal mengatakan sesuai
standard operational procedure, pemantauan pintu air dilakukan sebanyak satu jam sekali. Debit air hingga pintu air harus dipastikan aman dan terkendali.
Begitu seterusnya tanggungjawab Jamal dan sejumlah rekannya setiap hari. Setelah mendapat jatah masuk, ke esokan harinya Jamal diberikan libur satu hari.
"Besoknya langsung masuk lagi. Jadi begitu setiap hari. Jam tidur juga jadi berantakan sebenarnya," kata dia.
Petugas Pasukan Oranye membersihkan sampah rumah tangga yang menumpuk di Pintu Air Manggarai. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
SOP itu hanya berlaku pada kondisi normal saja. Saat musim hujan, kata Jamal, pemantauan dilakukan per 10 sampai 15 menit.
"Dari situ kami melaporkan ke
command center. Kami juga ekstra begadang dan menginap di ruang tamu kantor," ujarnya.
Berprofesi sebagai operator pintu air sejak 2014 diakuinya sempat pernah mendapat penolakan dari keluarga Jamal. Keluarga bingung dengan sistem kerja Jamal yang tidak seperti kebanyakan orang.
Terlebih ketika musim hujan datang, Jamal dan teman lainnya harus menginap di kantor Pintu Air
"Pas saya
jelasin ya akhirnya mengerti. Kan, ini (kerjaan saya) buat orang banyak juga. Membantu orang banyak," ujarnya.
Operator pintu air seperti Jamal, ternyata bukan cuma mengatur arus air sebelum masuk ke berbagai saluran di ibu kota. Ia juga harus melayani warga yang protes soal arus air.
"Mereka (warga)
nyamperin marah-marah hanya untuk mengecek pikir pintu air sudah dibuka belum. Padahal sudah dibuka terus," ujarnya.
"Harus sabar-sabar, tahan emosi. Mana pas warga marah datang, belum tidur dan begadang," kata Jamal sambil tertawa.
Jamal (kiri) dan Fajar adalah dua dari sekian banyak operator yang bertugas menjaga Pintu Air Manggarai. (CNN Indonesia/Ciputri Hutabarat) |
Selain mengurusi air, Jamal juga kerap mengurusi jenazah. Beberapa kali saat bertugas ia menemukan mayat tersangkut di pintu air.
"Waktu itu ada mayat mengambang, tertahan sama pintu air, saya kira apaan tapi seperti tubuh orang, tahunya benar mayat yang udah bengkak. Kami juga
ngurusin yang begitu," ucapnya.
Penemuan yang tak lazim ini langsung lapor ke Pusat Komando dan kepolisian untuk menindaklanjuti kejadian tersebut. Semua kejadian itu bagianya risiko pekerjaan.
"Tetap bersyukur masih ada pekerjaan. Kerjaannya buat bantu banyak orang," ungkapnya.
Pintu Air Manggarai yang dijaga Jamal memiliki lima aliran. Sebanyak tiga aliran mengalir ke Banjir Kanal Barat (BKB), satu mengalir ke Kali Surabaya dan satu lagi mengalir ke Ciliwung Kota.
Meski pengoperasian Pintu Air Manggarai dijalankan mesin, Jamal dan teman lainnya tetap harus mengecek peralatan secara berkala. Hal ini dilakukan menghindari kalau-kalau ada terjadi kerusakan mesin di kala banjir.
"Intinya di sini saling bantu membantu dan mengisi, karena yang jaga cuma 3 orang di 1
shifting itu. Ya, demi warga Jakarta," tutup dia.
(pmg/kid)