Harap-Harap Cemas Warga saat Hujan di Balik Tanggul Baswedan

Dhio Faiz | CNN Indonesia
Rabu, 31 Okt 2018 10:34 WIB
Warga RW 06 Jatipadang tanggul penghalau luapan kali dengan nama Tanggul Baswedan. Namun, keberadaannya tak bisa menutup kekhawatiran atas ancaman banjir.
Warga RW 06 Jatipadang tanggul penghalau luapan kali di wilayahnya dengan nama Tanggul Baswedan. (CNN Indonesia/Dhio Faiz)
Jakarta, CNN Indonesia -- Masih segar di ingatan Sigit, warga Kampung Air Jakarta Selatan, bagaimana hujan besar membuat air sungai dan menjebol tanggul. Akibatnya air bah meluluhlantakkan tempat tinggalnya pada pertengahan Desember tahun lalu.


Saat itu matahari belum terbit, suara gemuruh mengusik warga Kampung Air di sela-sela hujan deras yang belum berhenti sejak malam.

Sigit menceritakan suara tanggul yang jebol.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Seketika tanggul jebol, air pun langsung melompat setinggi rumah. Semua tenggelam, adalah [mendampak] seratusan KK (kepala keluarga)," kata Sigit saat ditemui CNNIndonesia.com, Jumat (26/10), di sekitar rumahnya.

Kampung Air yang terletak di RT 03 RW 06, Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan memang terletak di dataran rendah. Sehingga air deras di Kali Pulo yang menjebol tanggul langsung menggenangi ratusan rumah di sana. Kali Pulo adalah salah satu aliran sungai Ciliwung yang mengalir ke Jakarta dari hulu di Kabupaten Bogor.

Sigit mengaku semua hartanya habis tenggelam, mulai dari komputer jinjing hingga surat-surat berharga. Para tetangga Sigit juga mengalami hal serupa.

Beberapa jam setelah kejadian, Pemprov DKI langsung turun. Gubernur DKI Anies Baswedan turun langsung memimpin jajarannya. Pembuatan tempat pengungsian dan tanggul baru langsung dibangun.


Saat CNNIndonesia.com berkunjung beberapa waktu lalu, tanggul baru setinggi 150 cm bercat biru kuning sudah menjulang.

Warga Kampung Air menamakannya Tanggul Baswedan sebagai bentuk terima kasih kepada Anies yang telah bergerak cepat menolong mereka saat itu.

Meski begitu, warga Kampung Air ragu tanggul itu akan bertahan di musim hujan mendatang.

"Atasnya sudah kuat karena dibangun Dinas Tata Air (Dinas Sumber Daya Air) kemarin, tapi fondasinya masih tanah, belum kuat. Deg-degan saya," kata warga lainnya, Chepy Sutazi, kepada CNNIndonesia.com, Jumat (26/10).

Tanggul jebol di Kampung Air tak hanya terjadi di RT 03. Sepekan setelah kejadian itu, tanggul di RT 14 juga ikut jebol.

Bahkan tragedi tanggul jebol yang kedua hampir menelan nyawa. Saat itu, Gito dan Yanti yang tinggal di sekitar tanggul sempat terhempas puing tanggul dan terendam banjir.

"Waktu itu sore saya mengira akan jebol. Tiba-tiba benar retak, saya tahan sama Yanti, enggak kuat, jebol. Saya ketimpa puing, dikira udah enggak selamat," ucap Gito

"Mbak Yanti sempat tenggelam, kegencet kulkas. Saya tolongin air sudah segini," lanjutnya seraya menunjuk dagunya.


Setelah lolos dari maut, warga sekitar membawa Gito dan Yanti ke Puskesmas yang hanya mengalami luka ringan.

Pemprov DKI kembali turun tangan saat itu. Seperti kejadian pertama, tanggul di RT 14 langsung dibangun kembali lebih tinggi dan dengan material lebih baik.

Namun, Gito juga berharap-harap cemas jelang musim hujan tahun ini. Ia khawatir akan ada tanggul jebol lagi di Kampung Air.

"Saya takutnya yang di samping yang kemarin. Itu pas belokan air, masih swadaya warga, bahan seadanya," ucap Gito.

Was-was Menunggu Musim Banjir di Balik Tanggul BaswedanPasukan oranye dan biru melakukan pembangunan tanggul di kawasan Jatipadang, Jakarta Selatan. (CNN Indonesia/Dhio Faiz)

Kekhawatiran warga Kampung Air akan banjir dan tanggul jebol di musim hujan bukan tanpa alasan. Mereka melihat tak ada tindak lanjut setelah pembangunan tanggul baru.

Sementara sumber utama dari kejadian itu, penyempitan aliran Kali Pulo, tidak dibenahi Pemprov DKI Jakarta. Padahal Anies telah berjanji memperlebarnya jadi dua puluh meter.

Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com titik terlebar Kali Pulo sekitar lima meter, terletak di titik Tanggul Baswedan. Selain itu, rata-rata hanya selebar dua meter. Bahkan di bagian selatan, Kali Pulo hanya seukuran selokan dan di atasnya dibangun hunian warga.

"Pak Anies cuma benerin yang di hulu ini. Padahal masalahnya di ujung sana, kali enggak sampe dua meter," ucap Sigit.

Persiapan Minim Jelang Musim Banjir

Warga Kampung Air mengaku belum memiliki persiapan khusus jelang musim hujan. Mereka hanya bersiap memindahkan barang elektronik dan surat berharga jika banjir terjadi sewaktu-waktu.

Mereka juga mengklaim tak ada imbauan khusus dari pemerintah setempat jelang musim penghujan ini.

"Ya berdoa saja, ngapain lagi. Belum, belum ada dari Pemda," kata Chepy, Jumat (26/10).

Saat CNNIndonesia.com mengunjungi Kampung Air beberapa waktu lalu, memang ada pengerjaan yang dilakukan Dinas SDA. Namun bukan pelebaran sungai, melainkan peninggian tanggul di dua titik sekitar tanggul jebol.

Pengerjaan pun baru berjalan baru-baru ini.

Padahal menurut prediksi Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim hujan di Jakarta akan dimulai dasarian satu (sepuluh hari pertama) November 2018. Lalu akan mencapai puncak di antara Januari-Februari 2018.

"Cuma kenapa baru sekarang? Kemarin pas kering didiemin. Minggu kemarin pas hujan gede sempet banjir karena pembangunan itu, warga marah-marah," ujar Gito sambil tertawa.

Noviant Wijanarko, Lurah Jati Padang, mengklaim sudah banyak persiapan yang daerahnya lakukan guna mengantisipasi banjir.
Jati Padang sudah melakukan kerja bakti pengerukan sungai beberapa bulan terakhir. Selain itu, petugas dan pompa air disiagakan jelang musim hujan.

"Kita ada kader kampung siaga bencana. Jadi kalau nanti banjir, mereka yang akan membangun tenda dan dapur umum," kata Novianto saat disambangi CNNIndonesia.com, Jumat (26/10).

Meski begitu, ia mengakui dari segi kesiapan infrastruktur, memang minim persiapan. Ia sedikit menyesalkan Dinas SDA baru membenahi tanggul mendekati musim hujan. Selain itu, Noviant mengakui masih terkendala soal faktor utama banjir di Kampung Air, yakni penyempitan Kali Pulo.

"Itu kan seharusnya dua puluh meter. Kami sudah ajukan normalisasinya, tapi masih dalam tahap kajian," ucap dia.

[Gambas:Video CNN]

(kid/sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER