Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan
Sri Mulyani irit bicara terkait pemeriksaan dirinya di Kantor Badan Pengawas Pemilu (
Bawaslu) RI, Jakarta Pusat, Jumat (2/11).
Pemeriksaan itu terkait dugaan kampanye terselubung dalam acara penutupan kampanye terselubung saat penutupan acara IMF-World Bank 2018, di Nusa Dua, Bali. Saat itu, dalam sesi foto, bos IMF dan World Bank seperti diarahkan untuk berpose dengan satu jari, bukan dua jari.
Kode jari ini sensitif karena terkait dangan tahun politik di mana saat ini ada dua calon presiden dan calon wakil presiden: Jokowi-Ma'min nomor urut 01 dan Prabowo-Sandiaga nomor urut 02.
Sri menjalani pemeriksaan sekitar satu sekitar satu jam 30 menit. Ia disebut oleh seorang staff Bawaslu RI masuk melalui pintu belakang pada pukul 15.15 WIB dan baru keluar sekitar pukul 17.00 WIB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun ia hanya sebentar menanggapi awak media yang telah memunggunya untuk wawancara.
Hanya beberapa pertanyaan yang dijawabnya. Ia meminta awak media bertanya kepada Bawaslu terkait materi pemeriksaan terhadap dirinya.
"Yang ditanya mengenai penjelasan kejadian pada saat konpres (konferensi pers IMF-World Bank di Bali)," jawab Sri Mulyani sambil berjalan menuju mobilnya.
Ia enggan menanggapi pertanyaan lanjutan yang diajukan wartawan dan meminta awak media bertanya ke Bawaslu.
"Ya ditanyakan ke bawaslu saja ya. Terima kasih," kembali Sri Mulyani menjawab sambil bergegas mendekati mobil yang sudah ada dihadapannya.
 Penutupan Annual Meeting IMF-World Bank di Bali beberapa waktu lalu. (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta) |
Ketika disinggung soal Ucapannya menyebut
"Two is for Prabowo, one is for Jokowi", Ia tak menanggapi dan segera menutup pintu mobil. Demikian juga ketika awak media meminta Sri Mulyani membuka kaca jendela pintu mobil agar bisa diambil foto, Sri tak memenuhi permintaan itu.
Dalam kasus ini, Sri dilaporkan bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Padjaitan. Luhut diduga ikut melakukan kampanye hitam karena mengoreksi jari Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde dan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim yang mengacungkan dua jari ketika sesi foto bersama. Christine dan Jim kemudian menunjuk satu jari.
Namun Luhut yang selesai menjalani pemeriksaan Bawaslu lebih dulu membantah jika dirinya berkampanye dalam acara itu. Ia mengaku hanya bersikap spontan.
"Ya spontan terjadi saja. Kita bilang Indonesia nomor satu, great Indonesia. Meluapkan kegembiraan bersama Lagarde dan Kim bilang bahwa tidak terbayangkan bahwa Indonesia mampu membuat pertemuan IMF world bank ini pada tataran kelas dunia," kata Luhut.
Luhut dan Sri Mulyani dilaporkan ke Bawaslu RI oleh seorang warga bernama Dahlan Pido. Luhut diduga berkampanye dalam acara kenegaraan karena mengoreksi jari petinggi IMF dan Bank Dunia yang mengangkat dua jari, kemudian menjadi satu jari saat sesi poto bersama. Sedangkan Sri diduga ikut menyebutkan "Two is for Prabowo, one is for Jokowi".
Menurut kuasa hukum Dahlan, Taufiqurrahman penunjukkan satu atau dua jari sudah menjadi seperti identitas nomor urut calon presiden-wakil presiden.
Seperti diektahui bahwa pasangan capres Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin mendapatkan nomor urut 01 pada Pilpres 2019. Sedangkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendapat nomor urut 02.
"Kami datang untuk melaporkan kejadian waktu hari Minggu. Kejadian tersebut ada dugaan pelanggaran pejabat nengara, Luhut dan Sri Mulyani berkampanye. Karena menyebutkan identitas paslon Jokowi nomor 01," kata Dahlan, saat melaporkan kedua menteri tersebut di kantor Bawaslu, Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (18/10).
(fhr/sur)